Sabtu, 31 Maret 2012

Tante Ayu dan 3 Anak Tanggung Kurang Ajar

Tante Ayu dan 3 Anak Tanggung Kurang Ajar   



Aku masih duduk di bangku SLTP saat itu. Di saat aku dengan teman-teman yang lain biasa pulang sekolah bersama-sama. Usiaku masih terbilang hijau, sekitar tiga belas tahun. Aku tidak terlalu tahu banyak tentang wanita saat itu. Di kelas aku tergolong anak yang pendiam walaupun sering juga mataku ini melirik pada keindahan wajah teman-teman wanita dikelasku waktu itu.
Hal ini jugalah yang membawa aku bersama 2 temanku Bambang dan Eko kedalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi kami saat duduk dibangku SLTP dulu.
Semuanya bermula dari kegigihan Bambang terhadap perempuan. Kebiasaannya untuk tak melewatkan barang sedetikpun perhatiannya terhadap keindahan wanita membawa aku, dia dan Eko kesebuah rumah di komplek pemukiman Griya Permai. Komplek perumahan yang biasa kami lewati saat pulang menuju kerumah masing-masing.
Mulanya aku dan Eko sedang asyik bercanda,. Secara tiba-tiba Bambang menepuk pundakku dengan keras. Matanya tertuju kesatu rumah dengan tajamnya. Ternyata disana kulihat ada seorang wanita dengan mengenakan rok mini baru saja keluar meninggalkan mobilnya untuk membuka pintu pagar rumah.
�Heh, bang. Kenapa sih elu tiap lihat perempuan mata elu langsung melotot kayak begitu ?� tegurku.
�Elu itu buta ya, wan. Elu kagak lihat bagaimana bongsornya bodi tuh wanita ??� balasnya cepat.
�Bambang, Bambang.. bisa-bisanya elu nilai perempuan dari jarak jauh begini-ini� sambung Eko �Itu mata.. apa teropong�
�Wah, kalau untuk urusan wanita kita nggak pake mata lagi, men. Nih, pake yang disini nih.. dibawah sini� jawab Bambang sambil menunjuk-nunjuk kearah kemaluannya.
�Kalau gua udah ngaceng, perempuan diseberang planet juga bisa gua lihat� kata Bambang dengan senyum penuh nafsu.
�Jadi sekarang elu lagi ngaceng, nih ?!� tanya gue yang sedari tadi hanya bisa tenggelam dengan pikiran-pikirannya.
�So pasti, men. Nih kontol udah kayak radar buat gua. Makanya gua tahu disana ada mangsa� jawab Bambang dengan lagi-lagi menunjuk ke arah kemaluannya.
�Gila lu, bang� kataku.
�Ha-alah, enggak usak munafik deh mam, elu juga ngaceng kan, waktu melihat roknya si Dina kebuka di kelas. Gua kan tau� elu juga kan gong ?� balas Bambang cepat.
�yah, itu kan kebetulan. Bukannya dicari, ya kan mam ?� tanya Eko kepadaku.
Aku sendiri hanya bisa tersipu malu mendengarnya. Didalam hati aku memang mengakui
�Sekarang begini aja� ujar Bambang kemudian �Elu pada berani taruhan berapa, kalau gua bisa masuk kerumah tuh wanita ?�
�Elu itu udah gila kali ya, bang. Elu mau masuk kerumah itu perempuan ??� jawabku cepat.
�Udah deh.. berapa ? Goceng ??�tantangnya kepada kami. Sejenak aku, dan Eko hanyut dalam kebingungan. Teman kami yang satu ini memang sedikit nekat untuk urursan wanita.
�Goceng ??�potong Eko cepat �Wah gua udah bisa beli mie bakso tuh�
�Ha-alah, bilang aja kalau elu takut jatuh miskin. Iya kan, ko ?� balas Bambang dengan sedikit menekan.
�Siapa bilang, kalau perlu, ceban juga hayo� jawab Eko tak mau kalah.
�Oke, oke.. heh, heh, heh. Sekarang tinggal elu nih, wan. Kalau melihat tampang elu sih, kayaknya gua ragu�
�Heit tunggu dulu� ujar gue. Gue langsung cepat-cepat merogoh kantong celananya. Selembar uang kertas lima ribuan langsung dikibas-kibaskan didepan kedua mata Bambang.
�Gua langsung buktikan aja sama elu.. nih�
�Oke. Sekarang elu pada buka tuh mata lebar-lebar� kata Bambang kemudian.
Bambang langsung berjalan menuju kerumah yang dimaksud. Tampak disana sang pemilik rumah telah memasukkan mobilnya. Saat ia hendak menutup pagar, aku lihat Bambang berlari kecil menghampirinya. Disana kulihat mereka sepertinya sedang berbicara dengan penuh keakraban. Aneh memang temanku ini. Baru saja bertemu muka dia sudah bisa membuat wanita itu berbicara ramah dengannya, penuh senyum dan tawa.
Dan yang lebih aneh lagi kemudian, beberapa saat setelah itu Bambang melambaikan tangannya kearah kami bertiga. Dia mengajak kami untuk segera datang mendekatinya. Setelah beberapa langkah aku berjalan, kulihat Bambang bahkan telah masuk ke pekarangan rumah menuju ke pintu depan rumah dimana wanita itu berjalan didepannya. Bambang memang memenangkan taruhannya hari itu. Di dalam rumah kami duduk dengan gelisah, khususnya aku. Bagaimana mungkin teman kami yang gila perempuan ini bisa dengan mudah menaklukkan wanita yang setidaknya dua puluh tahun lebih tua usianya dari usia kami. Sesaat setelah Bambang selesai dengan uang-uang kami ditangannya, akupun menanyakan hal tersebut.
�Gila lu, bang. Elu kasih sihir apa tuh wanita, sampai bisa jinak kayak merpati gitu ??� tanyaku penasaran.
�Heh, heh, heh.. kayaknya gua harus buka rahasianya nih sama elu-elu pada� jawabnya.
�Jelas dong, bang. Goceng itu sudah cukup buat gua ngebo�at. Elu kan tahu itu� tambah Eko lagi.
�Begini. Kuncinya itu karena elu-elu semua pada blo�on� jelas Bambang serius.
�Apa maksudnya tuh !� tanya gue cepat.
�Iya, elu-elu pada blo�on semua karena elu-elu kagak tahu kalau perempuan itu sebenarnya tante gua.. tante Ayu, dia istrinya om harso, adik mama gue� tambahnya lagi.
�Wah, sialan kita sudah dikadalin nih sama� playboy cap kampak� kata Eko.
�Itu kagak sah, bang. Itu berarti penipuan�sambung gue.
�Itu bukan penipuan. Kalau elu tanya apa gua kenal kagak sama tuh perempuan, lalu gua jawab enggak.. itu baru penipuan� jelas Bambang.
Untung aja pertengkaran diantara gue dan teman-teman saat itu nggak lama karena tidak lama tante ayu yang ternyata tante si Bambang itu datang dengan membawa minuman segar buat kami.
�Ada apa kok ribut-ribut. Kelamaan ya minumannya ?� tanya tante Ayu. Suaranya terdengar renyah ditelinga kami dan senyumannya yang lepas membuat kami berempat langsung terhenyak dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
�Ah, nggak apa-apa tante� jawab Eko.
Bambang yang duduk disebelahnya terlihat serius dengan pikirannya sendiri. Baju t-shirt yang dikenakan tante Ayu memiliki belahan dada yang rendah sehingga disaat beliau membungkuk menyajikan gelas kepada kami satu-persatu, Bambang terlihat melongok-longokkan kepalanya untuk dapat melihat isi yang tersembunyi dibalik pakaian beliau saat itu. Aku sendiri bisa menyaksikannya, kedua payudara beliau yang besar, penuh berisi. Menggelantung dan bergoncangan berulangkali disetiap ia menggerakkan badannya.
�Ini tante buatkan sirup jeruk dingin untuk kalian, supaya segaran� jelas tante Ayu �Hari ini panasnya, sih�
Saat tante Ayu selesai dengan gelas-gelasnya, iapun kembali berdiri tegak. Keringat yang mengucur deras dari kedua dahinya memanggil untuk diseka, maka beliaupun menyekanya. Tangan beliau terangkat tinggi, tanpa sengaja, ketiak yang putih, padat berisi terlihat oleh kami. Beberapa helai bulunya yang halus begitu menarik terlihat. Jantungku terasa mulai cepat berdetak. Karena saat itu juga aku tersadarkan kalau dibalik pakaian yang dikenakan tante Ayu telah basah oleh keringat. Lebih memikat perhatian kami lagi, disaat kami tahu bahwa tante Ayu tidak mengenakan BH saat itu.
Kedua buah puting susunya terlihat besar menggoda. Mungkin karena basah keringatnya atau tiupan angin disiang hari yang panas, membuat keduanya terlihat begitu jelas dimataku. Aku sendiri tidak ambil pusing dengan lingkungan disekitarku karena tongkat kemaluanku telah berdiri keras tanpa bosan. Rasanya aku ingin sekali melakukan onani bahkan, kalau mungkin, mengulum kedua puting susu beliau yang menantang dengan berani.
�Tante habis mengantar om kalian ke bandara hari ini. Jadi tante belum sempat beres-beres ngurus rumah, apa kabar mama papa kamu bang?� katanya lagi.
�eh oh, baik2 aja tante, tante kapan dong main ke rumah lagi� Bambang tampak grogi.
�duh tante lagi sibuk2nya ngurusin bayi, dulu juga tante ngurusin kamu, skr kamu udah ABG gini� tante ayu mencubit pipi Bambang. Bambang tersipu.
Ditengah pesona buah dada yang menggoda nafsu birahi kami semua, perhatian terpecah oleh tangisan suara bayi. Aku baru tahu kemudian, bahwa itu adalah anak tante Ayu dan om harso yang bungsu. Anak mereka baru dua dan yang sulung sudah kelas 6 SD. Jadi agak jauh bedanya dengan yang ke dua. Beliaupun terpanggil untuk menemuinya dengan segera.
�Kalian minum dulu, ya. Tante kebelakang dulu.. oh, iya Bambang. Tadi mama kamu tlp, nanti kamu jangan lupa tlp rumah ya bilang kalo kamu di sini�
�Iya tante.� kata Bambang.
Hanya selang beberapa menit kemudian, tante Ayu sudah menemui kami kembali di ruang tamu. Namun satu hal yang membuat kami terkejut kegirangan menyambut kedatangannya dikarenakan beliau terlihat asyik menyusui bayinya saat itu. Bayi yang lucu tetapi buah dada yang menjulur keluar lebih menyilaukan pandangan jiwa muda kami berempat. Beliau sudah memakai BH namun satu cup nya di buka untuk menyusui bayinya.
Tante Ayu terlihat tidak acuh dengan mata-mata liar yang menatapi buah dada segar dimulut bayinya yang mungil. Ia bahkan terlihat sibuk mengatur posisi agar terasa nyaman duduk diantara Bambang dan Eko saat itu.
�Bagaiman sirup jeruknya, sudah diminum ?� tanya tante Ayu cepat.
�Sudah , tante� jawab Bambang pendek. Matanya menatap tajam kearah samping dimana payudara tante Ayu yang besar dan montok terlihat tegas dimatanya.
�Ini namanya Bobby� jelas tante Ayu lagi sambil menatap anak bayinya yang imut itu �Usianya baru sembilan bulan�
�Wah, masih kecil banget dong tante� balas Bambang.
�Iya, makanya baru boleh dikasih susu aja�
�ASI ya, tante ?� tanya Bambang polos.
�Oh, iya. Harus ASI, nggak boleh yang lain� jelas beliau dengan serius.
�Kalau orang bilang susu yang terbaik itu ASI, tante ?�
�Betul, Bambang. Dibandingkan dengan susu sapi misalnya. Ya, susu ibu itu jauh lebih bergizi.. heh, heh, heh� tambah tante Ayu penuh yakin.
�Mamaku juga suka bikinkan saya susu setiap pagi, tante� kata Bambang menjelaskan.
�Oh, iya� bagus itu�
Tante Ayu diam sejenak. Beliau memperhatikan bayinya yang sudah mulai terlihat tidur. Namun Bambang terlihat mulai berharap sesuatu yang lain dari payudara beliau yang besar menggoda.
�Tapi susu yang saya minum setiap hari.. ya, susu sapi tante� sambung Bambang lagi penasaran. Sementara tante Ayu masih terlihat sibuk dengan bayinya . Namun beberapa saat setelah itu beliau mengatakan sesuatu yang mengejutkan kami.
�Susu ibu tetap lebih bagus. Bahkan di India ada yang bisa menyusui anaknya hingga berusia sepuluh tahun�
�Wah, asyik juga tuh� sela Eko cepat.
Tante Ayu hanya tersenyum simpul.
Bambang terus menyerocos tentang keinginannya sesekali mencoba ASI. Kami hanya tegang mendengarkan ocehan Bambang, takut sekali tante Ayu marah mendengarkan ocehan anak 13 tahun yang mulai terasa kurang ajar itu. Kami takut Om Har tiba-tiba pulang dan tante mengadu kemudian kami semua dihajar suami tante Ayu yang terkenal galak itu.
Tiba2 entah mendapat ide gila dari mana Eko yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan nyeletuk dengan seenakknya.
�Coba ya kita bisa cicipin asi tante, duh pasti asyik ya?�
Kami semua, apalagi Bambang terkejut setengah mati. Tentunya dia lebih kaget krn itu adalah tantenya sendiri. Jantungku terasa berhenti berdetak saking kagetnya. Rasanya ingin lari saja dari ruangan itu karena malu dan takut dimarahi. Ternyata Tante Ayu tidak marah.
�yah kalo kalian mau, di dapur ada tuh ASI tante yang di peras dan masukan dalam botol.
Kami semua berpandangan.
�maksud kami langsung minum dari sumbernya tante� kata Eko malu2. Tante Ayu melotot, Km sudah siap dia meledak mengomeli kekurangajaran Eko. Tapi ternyata tidak. Ia malah tertawa cekikikan, dadanya berguncang2.
�aduhhh kalian ini nakal sekali ya. Kalo langsung berarti kalian liat buahdada tante dong. Kalo kalian masih 7-8 th tante pasti berani kasih kalian kesempatan begitu. Tapi kalian susah besaar, sudah ABG, 13 tahun kan kamu Bambang dan Eko? Irwan kamu malah udah 14 tahun kan?
Kami mengangguk serempak.
�emang kenapa kalo udah 14 tante?� aku memberanikan diri bertanya.
Tante menggosok2 rambutku dengan lembut.
�kalo sudah besar sudah ada nafsunya Irwan sayang. Masa mau liat buahdada wanita dewasa? terlalu besar resikonya memberikan payudara tante untuk kalian hisap,�
Mendengar tante menyebut kata �buahdada� saja sudah membuat darahku berdesir, aku yakin begitu juga dengan teman2ku. Namun setelah kami semua membujuk tante, serta berusaha meyakinkan tante bahwa kami tidak akan berbuat lebih dari mencicipi asi tante, beliau luluh juga. Apalagi setelah melihat mata Eko yang tampak sangat �ngenes� menginginkan pengalaman baru yang bagi kami saat itu sudah sangat luar biasa.
�ya udah, tante mau deh. Tapi janji ya, kalian udah selesai sebelum oom kalian pulang�
�iya iya tante�
�Bambang, kalo papa mama kamu tau kamu nakal gini sama tante, bisa dicabut uang jajan kamu. Apalagi kalo tante bilang om harso, bisa dihajar kamu abis2an�
�ya jangan ngadu dong tante� Bambang ketakutan.
�Dan janji ya kalian. hanya minum asi saja, tante nggak pengen kalian macem-macem sama tante. Kalian kan bakalan liat payudara tante. Biar gimanapun kalian kan udah jadi laki-laki kecil dan bertiga pula, takut juga tante sendirian cewek di tengah 3 laki2 di rumah kosong gini pula. Kl tiba2 tiba kalian lepas kontrol gimana?
�Nggak kok, tante, kami janji� sambil berkata begitu mata kami bertiga tidak lepas dari dada tante Ayu sambil meneguk ludah berkali2. Tentunya kami akan berkata apapun agar mimpi km terpenuhi saat itu. Kami tidak sabar menanti pemandangan indah itu sebentar lagi. Tante sepertinya menyadari hal itu dan tersenyum2 sendiri melihat kami tingkah bertiga. Tante meminta ijin untuk menaruh si bayi sejenak di boxnya. Kami duduk rapi berjejer di sofa. Tak lama tante muncul lagi dan berdiri di depan kami. Kami duduk manis dengan tegang. Tante hanya senyum2.
�Siap? Godanya.
�Ssss sssi ssiap tante� kata kami hampir serentak. Tante menyunggingkan senyum sekali lagi, maniss sekali.
Pemandangan yang ditunggu2 pun datanglah sudah. Tante meloloskan bagian atas dasternya yg sdh dlm posisi terbuka kancing atasnya secara perlahan. Kini bagian atas tubuh mulus itu hanya tertutup BH saja. Bagian bawah masih tertutup daster yang tersangkut di pinggangnya. Seksi abisss!! Jantung kami bertiga seperti ensemble perkusi saja berdetak kencang sekali, untung saja tante tidak mendengar. Kemudian tangannya meraih ke belakang punggunnya, meraih hook BH dan melepaskannya. Mata kami mengikuti setiap milisecond gerakan tante membuka bh tersebut dan memperlihatkan kulit dadanya yg putih mulus. Seperti kartu yang dipirit, dada kirinya tersingkap. Kini payudara kirinya benar2 bulat2 terpampang di hadapan kami tanpa terhalang kepala bayi lagi. Mula2 tante hanya membuka salah satu cupnya saja. Tapi kami protes.
�Dua2nya aja tante�.
�Ih, buat apa, hayoo mulai nakal ya, kalian sebenernya cm mau liat buahdada tante aja ya? Dasar ABG genit� kerling tante Ayu manja.
�nggak kok tante, cuman kan kita bertiga, nanti gk cukup cuman satu payudara untuk kami�
�Ampun kamu pinter banget berdebat sih, iya deh tp janji ya jgn liar ngeliat tante telanjang dada yaa� sambil berkata demikian tante menuruti kemauan kami dengan membuka cup yang satunya lagi.
�nihh, puas?� goda tante ayu sambil mengerling menggoda ke arah kami.
Barulah terpampang di depan kami lengkap sepasang payudara yang super indah. Sungguh tidak ada celanya. Dengan puting yg merah muda, padhal usia tante sudah hampir 35 th tp mungkin karena kulitnya yang sangat putih dan perawatan yang baik sehingga payudaranya masih terliat sangat mengkal dan kencang, dg puting yg imut warna muda dan posisi mengacung ke atas. Tentu saja kami bengong, bungkam seribu bahasa sambil bengong menatap benda terindah yang pernah kami liat saat itu. Tante Ayu tersenyum meliat kegenitan bocah2 itu.
�gimana? masih montok kan? Kalian suka gk?�
serentak kami menjawab: �suka suka tante�
�Puas2in deh liat, tante ngerti kok anak2 sebaya kalian kayak apa. Tp jangan lama-lama ya, tante nggak punya banyak waktu, oom kalian bentar lagi pulang lho, katanya kan mau minum susu, bukan liatin dada istri orang� tegur beliau mengingatkan. Dia duduk di sofa, kami saling berpandangan siapa yang duluan mulai. Akhirnya Ekopun memulai duluan. Ia duduk di samping tante, mula2 ia memegang tante tante dan dipinggirkannya agar tidak menghalangi tubuhnya yang duduk merapat wanita cantik itu. Dengan gemetar dia mendekatkan mulutnya ke puting yang sangat menggoda tersebut. Tante tampak sedikit grogi. Dan akhirnya sampailah mulut Eko di surga dunia tersebut. Kedua bibirnya mengatup dan mengunci putting kiri tante. Dia langsung tergegas menghisapnya. Tante Ayu melenguh perlahan. Maklum, kali ini �bayi� yang menyusu padanya adalah remaja tanggung dengan gigi yang lengkap! Tangan tante memegang kepala eko. Ia menggigit bibir bawahnya dan matanya mendelik ke atas. Pasti karena perasaan aneh yang melandanya saat itu.
Sungguh pemandangan yang menegangkan. Seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan sintal menurut kami, sudah menikah, membiarkan mulut seorang anak tanggung hinggap di payudaranya yang putih mengkal. Susu keliatan mengalir deras ke dalam mulut Eko. Keliatan dari mulut teman kami itu yang menggembung penuh oleh cairan. Dengan nekad Eko melanjutkan dengan meremas buah dada beliau serta mulai berani memainkan puting susunya dengan beberapa gerakan memelintir
�Pentil yg satunya nggak usah dipencet-pencet lagi. Udah keluar kok. Kamu coba langsung menghisapnya kayak anak tante ini� jelas beliau lagi. Setelah berapa lama, Eko pun tampak puas. Ia menarik mulutnya dari putting tante ayu yang keliatan mulai memerah sambil menyeka mulutnya. Sesekali ia melepas kenyotannya dan memainkan putting tante dengan sapuan melingkar lidahnya mengelilingi putting itu. Tante protes.
�Okhh Eko, apa2an sih kamu, jangan gitu, jangan dijilat2 doong� Eko menurut namun sesekali ia mencuri2 lagi kesempatan. Akhirnya tante keliatan rada kesal dan mendorong Eko menjauh.
�udah ah, cukup ah kamu, genit banget sih, jelek� dengan wajah dicemberut2kan, Eko menarik diri sambil nyengir.
Kini giliran Bambang. Awalnya dia juga tampak grogi banget, maklum, tante ayu kan istri oomnya sendiri. Dia kebingungan mengambil posisi harus bagaimana mulai menyusu. Aku dan Eko tidak tinggal diam untuk membantu. Tante pun kami baringkan dlm posisi telentang di sofa. Mula2 tante bingung tapi tetap menurut juga. Aku dan Eko meratakan kakinya di sofa, mata kami nanar melihat daster tante yg tipis dan menerawang, memperlihatkan celana dalamnya di balik itu. Ada bayangan hitam di sana, apalgi kalo bukan bulu2 halus kemaluan. Angan2 kami terus melambung tinggi mengharapkan dapat menikmati sesuatu yg lebih dari ASI malam itu. Apalagi kalau bukan �sari� tante, tante Ayu sebagai wanita seutuhnya. Namun tentunya kita tidak bisa berharap angan itu akan menjadi kenyataan, untuk bisa berbuat ini saja kami sudah sangat beruntung.. Bambang merangkak di atas tubuh putih mulus itu. Mulutnya melahap dg rakus payudara kiri tante Ayu smtr tangannya sibuk membelai satunya lg. km melotot meliat kenekadan Bambang. Tante Ayu hanya tersenyum2 simpul sambil membelai kepala Bambang.
�ini dia keponakan tante yang paling nakal sama tantenya sendiri. Untung tante baik gk akan ngadu sama mamanya� Bambang merah mukanya.
�santai aja ya sayang. Gk usah terlalu bersemangat. Sakit lho. Tante gk ke mana2 kok� ujarnya perlahan. Sesekali ia merintih dan tubuh moleknya itu menggelinjang. Bambang terus menyedot seakan tidak ingat giliran yang lain. Bunyi berdecap terdengar kencang sekali. Otot payudara tante sampai tertarik ke atas. Terlihat jelas sekali urat2 payudara tante serta pori2nya. Kami sangat terangsang. Bayangkan, seorang keponakan sedang menghisap payudara tantenya sendiri dan tantenya pasrah begitu saja!
�jangan yg kiri terus dong Bambang, ini yg kanan juga ya�. Sambil berkata begitu, tante menyorongkan dada kanannya sambil sedikit meremasnya�. Bambang menatapnya nanar. Dg posisi begitu, payudara itu bertambah keliatan sangat merangsang. Ia menjilati putting kanan tante dg perlahan. Kemudian dengan nekadnya ia menjilati seluruh permukaan payudara tante. Kali ini tante tidak marah seperti pada Eko, resmi sudah tante dicumbu Bambang, tidak sekedar menyusu. Kami cemburu pd bambang, membayangkan betapa asyiknya Bambang dapat merasakan kulit payudara yang mulus licin serta masih sangat kenyal itu itu dengan lidahnya. Tante menggelinjang hebat, �ouwww Bambangdd, kok dijilat2 sihhh sayangg. km mau minum susu atau apa sih sayang, nggghhhhhh, ouhhh, ngghhhh, kamu dan eko sama genitnya nihh�
�minum susu tante� ujar Bambang tersipu.
�itu namanya mencabuli tante sayang, gak boleh ya, kamu sudah mulai besar tapi belum cukup dewasa untuk berbuat cabul begtu, yah? Awas kmu macem2 tante aduin mama kamu yaa�
Bambang nyengir malu. Ia menghentikan aksinya sebentar. Sambil terus menatap nanar puting merah muda tersebut. Kemudian kembali menghisap tanpa jilatan seperti permintaan tante Ayu. Yg tidak bisa dihindarkan adalah penisnya yang membengkak dari balik celananya menyundul2 selangkangan tante Ayu. Wanita molek itu menyadari hal itu dan mencoba memposisikan dirinya tidak seperti sedang disetubuhi remaja tersebut, tapi Bambang tetap memaksakan sehingga tante Ayu terpojok di pojok atas sofa tanpa bisa berontak lebih lanjut.
�Bambang, Bambang, Bambang, stop dulu sayang, stop stoppp�
Bambang menyetop aksinya.
Tante duduk sambil melotot:
�inget gk sama janji kamu tadi?� omelnya. Tapi dia tidak tampak marah betulan, mungkin hanya kesal.
Bambang menunduk. �maaf tante, kebawa emosi�
�iya tante ngerti kalian ini masih tinggi2nya libido di usia kalian itu, tante kan sudah kasih kalian kesempatan untuk sedikit menikmati keindahan tubuh wanita. Tante rela sedikit memperlihatkan tubuh tante untuk kalian krn tante sayang kalian. Untuk memperlihatkan buahdada tante ke kalian saja, tante sudah terbilang nekad, apalagi tante kan bersuami dan kalian sudah cukup beruntung�. Kami hanya mengangguk-angguk.
�kalo tadi penis si Bambang melejit dan nyelonong masuk vagina tante gimana? Masa kamu mau penetrasi tante sendiri? Kamu kebayang gk dosanya sperti apa? kalo kalian gk mau kontrol, tante batalkan saja deh acara minum susu ini,� ambeknya.
�jangan-jangan tante, kita janji deh� aku menyela. Yg lain juga mendukung sambil mengangguk-angguk.
Setelah itu Tante Ayu menggilir kami satu persatu untuk disusui olehnya. Giliran terakhir tentunya aku. Namun kembali di rotasi sehingga masing2 kebagian 2 kali menyusu. Anaknya yang masih bayi dibaringkan diatas sofa yang kosong untuk lebih mempermudah beliau menyusui anak angkatnya saat itu.
Sisa malam itu kami menghormati peraturan yang tante berikan, kami hanya strict dengan acara menghisap payudara tanpa embel2 kenakalan lain walaupun harapan kami bisa lebih beruntung daripada itu. Tentunya kami tidak mau kehilangan kesempatan emas karena terlalu rakus. Yang jelas ke dua payudara montok yang sehari-hari milik oom harso itu habis2an kami nikmati setiap centinya. Putting yang merah muda dan mungil itu habis2an kami kunyah./ Bongkahan mengkal itu keliatan merah merona dihabisi oleh mulut2 kami yang rakus. Kami selesai sekitar jam 8 malam setelah Oom Harso menelepon dan bilang akan pulang sekitar jam 10.
Sambil mengenakan kembali BHnya tante menepuk2 kepala kami satu per satu. �tante senang kalian mengikuti aturan tante. Tante harus tegas walaupun tante tau kalian pasti sangat terangsang bisa melihat isi BH tante, tante yakin kalian sudah membayangkan bisa menyetubuihi tante bukan?�
Alangkah malunya kami tante bisa menebak piikiran kami. Kami hanya mengangguk-angguk lemah sambil menundukkan kepala.
�Bukannya tante munafik, terus terang tante agak2 penasaran juga gimana rasanya kalian setubuhi, pemuda2 setampan dan segagah kalian. Tapi tante akan terus merasa bersalah sama oom kalian kalo tante menuruti emosi membiarkan tubuh tante kalian nikmati. Kalau kalian menghormati om harso, tentu kalian menghormati beliau kan? Bayangkan perasaan oom kalo tau istrinya kalian setubuhi bertiga? Coba kalo kelak kalian punya istri kemudian disetubuhi orang lain, anak2 tanggung lagi. Kalo kalian terus menurut begini, tante gk keberatan kalo kalian ingin lagi sekali2 nikmati dada dan susu btante.� Kami tentunya tidak bisa berbuat lain selain mengangguk-angguk.
�Ngomong2, kalo kalian ingin lepaskan, buang aja dulu tuh di kamar mandi tante, tapi ingat ya, siram lho. Tante gk mau oom liat genangan sperma di kamar mandinya� sambil berkata begitu tante tersenyum ke arah kami bertiga. Malunya bukan kepalang lagi mendengar tante tahu saja tekanan biologis kami. Kami pun masuk kamar mandi untuk mengluarkan isi �peluru� kami. Namun Bambang belum, ckup lama setelah kami keluar, Bambang akhirnya keluar juga.
�tante, aku gk bisa�
�lho kenapa? Ya sudah di ruma saja nanti ya sayang� kata tante.
�hmmm, tante boleh nggak aku keluarin di antara dada tante?� ucapnya malu2.
Tante tersenyum. �iya deh liat ke sini.km kbyakan liat bf kyknya nih.sini�
Bambang memelorotkan celananya. Tante berjongkok di depan keponakannya itu sambil membuka kembali baju atas dan behanya. Terliat lagi sepasang payudara indah itu. Bambang pun mulai mengocok sambil membelai2 payudara tersebut. Suatu pemandangan yang ganjil bagi kami saat itu tapi sangat merangsang. Akhirnya Bambang pun keluar. Spermanya muncrat dengan deras menyirami payudara dan sebagian wajah tantenya tersayang itu. Kami tertegun tidak berkata apapun melihat itu. Tante menyeka sisa2 sperma sambil tersenyum2 simpul. �dasar ABG� kerlingnya lagi.
Kamipun beres2 dan pulang setelah itu.
Semenjak hari beruntung itu, pada setiap hari-hari tertentu dalam seminggu kami pasti berkunjung kerumah tante Ayu tentunya jika oom harso tidak ada. Tante Ayu senantiasa menyambut kami dengan ramah dan penuh perhatian. Beliau tidak pernah mengecewakan kami. Menyusui kami dengan sabar satu persatu. Tidak pernah sejenakpun kami merasa bosan dengan buahdada dan putingnya yang selalu mengacung tegang tiap kali kami mainkan. Setelah waktu berlalu, tante mulai memperlunak sikapnya. Beliau tidak lagi marah bila kami menekan-nekan pistol kami di selangkangannya. Hisapan kami pun tambah bervariasi. Bambang suka menjilati sekitar putting, aku suka menggesekkan bibirku ke seluruh permukaan payudara beliau yang sangat halus tersebut, dan Eko senang sekali membenamkan wajahnya ke antara ke dua gunung kembar tersebut. Tangan kami pun makin hari makin liar, dan tante seperti nya sudah capek menjaga tangan kami sehingga akhir2nya beliau pasrah saja dengan kenekadan dan kejahilan tangan2 kami dalam menjamah bagian2 sensitif tubuhnya. Dimulai dg Bambang. Akhirnya km semua pernah merasakan mengobel vagina wanita bersuami itu. Akhirnya kami semua bisa merasakan anatomi vagina tante ayu mulai dari labia, klitoris, sampai masuk-masuk ke dalam ke rahim, alangkah indahnya. Suara menjerit dan merintih tante setiap kali jari kami menyelip masuk diantara kedua paha mulusnya terdengar sangat merdu dan menggoda. Namun semua itu kami lakukan tanpa sekalipun dibolehkan meliat langsung ke arah vagina teresbut. Kegiatan ini terus rutin kami lakukan sampai kami lulus SMP.
Sampai selama itu, senakal2nya kami, kami tetap menjaga kehormatan tante Ayu dan tidak mencoba2 mengusik daerah terlarangnya walaupun keinginan kami untuk melakukannya sudah memuncak sampai ujung kepala.
Adalah Bambang yang mula2 mencetuskan keinginannya melihat kemaluan Tante Ayu. Semula kami kita tante akan marah tapi ternyata tante menanggapi permintaan kurang ajar Bambang itu dg tertawa geli.
�ya ampunn, buat apa sih Bambang? Kalian kan dah puas korek2 itu?�
�kepingin aja tante, aku belum pernah liat soalnya hehehe..�
�terus kalo dah liat mau ngapain?�
�ya nggak ngapa2in, mau liat ajaa� kami tegang sekali mendengar pembicaraan tersebut. Kami takut sekali tante marah dan mengadukan kami kepada Oom harso.
Akhirnya terjadi juga. Sambil tersenyum2 menggoda, tante melepaskan celana dlmnya dan perlahan2 memperlihatkan kpd km utk pertama kalinya benda yang saat itu kami impi2kan untuk melihatnya. Km hampir berteriak saking senangnya. Namun tentunya kami tidak berani berkata apapun selain menahan nafas. Kemaluan kami yang pasti sudah tidak tertahankan lagi sedang tegang2nya di dalam celana masing2. Tante Ayu tentunya menyadari keadaan ini. Ia tersenyum simpul menyadari reaksi kami sambil mengelus2 sisi2 dari kemaluannya yang tidak tertutup bulu.
�Apa bagusnya sih benda begini aja?� godanya.
Kami tidak mendengarkan dan terus saja melotot memandangi sela paha yang sama sekali tidak tertutup itu.
�udah ya?� kata tante ayu sambil pura2 hendak menaikkan celananya lagi.
�Beluuum�!!� serentak kami berteriak.
�udah dong anak2, ini punya oom kalian lhoo. Tante kan malu. Lagian nanti kalo ada yang masuk gimana?� rajuknya.
�kita pindah ke kamar aja ya tante� pancingku untung2an. Mulanya tante gak ragu.
�ihhh kamu genit yaa, awas yaa, tp tante sih mau aja, tapi awas jangan lupa daratan ya di kamar. Tante mau kalian jaga tante. Tante sudah berikan banyak buat kalian lho�
�iya tante� kami manut2 saja. Tapi tentunya kayalan kami melayang ke mana2.
�Tante mau deh pinjamkan tubuh tante. Puaskan imaginasi erotis kalian dg tubuh ini. Satu hal yang tante minta, kalian janji mau jaga kehormatan tante?�
�iyaaa tanteeee� serempak kami menjawab. Dengan girang Bambang mengambil inisiatif menggendong tante ke dalam kamar. Di dalam kamar kami melemparkan tante ayu ke ranjang.
�auuwwww, ya ampun� pekik tante ayu. �ranjang tante dan oom kalian ini lho, kalian hati2 ya ponakan2ku tersayang. Tante gk mau kalian melewati batas apalagi di ranjang oom kalian dan tante yaaa�. Sekarang terlihat tante agak kuatir. Maklum suasana malam itu sepi sekali.
Kami hanya senyum2 saja. Mata kami nanar meliat pemandangan yang sangat luar biasa kali ini: tante ayu telanjang bulat!! Tubuhnya telentang di atas kasur pasrah dengan kenakalan bocah2 ini. sangat putih lagi montok, mulus dan sangat menantang hasrat kelakian kami. Pahanya tidak lg tertutup memperliatkan gundukan daging tertutup bulu yang seakan menantang kami untuk menerobosnya dgn penis2 liar kami. Jantung km berdegup tidak menentu. Harapan kami bertiga saat itu sama: agar om harso tidak cepat pulang.
Kali ini Eko yang duluan naik ke atas ranjang. Terliat tante agak grogi meliat tubuh Eko di atas tubuhnya yg telanjang di ranjang.
�aduh Eko, hati2 sayang, Eko, auhhh, hati hatiii���
tante agak panik ketika berapa kali kepala penis Eko tergesek diatas bulu2 kemaluannya ketika anak tanggung itu sedang memperbaiki posisinya.
Eko melirik ke arah kita dengan pandangan agak nakal. Kami menangkap sinyal yang dilemparkan eko namun belum berani memutuskan apa2. Maklum. Ini semua terlalu beresiko, kami tidak yakin apakah tante ayu akan tetap sebaik sekarang kalau kami melangkah lebih jauh dari biasanya.
Untuk sementara, Eko menuruti kata-kata tante untuk menghindarkan penisnya tergesek ke benda �keramat� itu. Tante pun mulai kembali relax. Ia mulai �memperlakukan� Eko dengan baik. Ia biarkan anak tanggung itu merangkah di atas tubuhnya dan menjilati seluruh permukaan payudaranya. Eko menikmati licinnya kulit payudara tante dengan jilatan2 lembut dan sangat perlahan. Saat menyentuh putting tante, eko tambah memperlambat gerakan lidahnya dan memutari putting tersebut dengan gerakan melingkar2 dengan ujung lidahnya. Sesekali ia menyapu putting tersebut dengan suatu jilatan halus. Terlihat tante ayu meregang. Badannya sesekali melengkung ke atas menggelinjang menikmati jilatan2 eko yang mulai pintar itu. Eko menangkap reaksi baik tante ayu itu dan memindahkan tangan kirinya ke antara paha tante. Mula2 ia membelai2 bulu2 tersebut dengan sangat lembut, kemudian jari tengahnya mulai menyelip. Dan bless, dalam tempo bbrp milisecond kami menyaksikan jari tengahnya menghilang di antara bulu2 halus dan tipis tersebut, menerobos di gundukan daging imut melalui celah2nya. Tante ayu menjerit halus. Namun sempat cekikikan geli. Kami menganga, adegan itu membuat adik2 kecil kami berdiri dengan tegangnya dan tidak seperti biasanya, kami tidak buru2 ingin rekan kami menyelesaikan gilirannya. Kami pun tidak habis pikir mengapa Eko kali itu sangat sabar dan cukup canggih memancing reaksi tante!
Tante keliatan bimbang. Dia mulai berontak namun tiap kali jari Eko meneborobos, matanya mendelik ke atas. Tindakan preventif tante adalah dia menutup pahanya dan membelokkannya ke samping sehingga remaja tanggung itu tidak bisa mengarahkan penisnya di antara selangkangan wanita berusia jauh di atasnya itu. Namun Eko tidak buru2 keliatannya. Dia benamkan berkali2 jarinya, sampai basah sekali.
Bambang berkali2 meliat ke luar jendela meliat ke pagar. Jelas dialah yang paling panik dari semua di antara kita, karena yang sedang dikerjain adalah tantenya sendiri. Ruangan ber AC tp kami berempat berkeringat. Apalagi Eko dan Tante Ayu. Mereka terus bergumul di saksikan mata melotot saya dan bambang. Tiba2 bambang menghentikan aksinya, bangkit dan berdiri begitu saja di samping tempat tidur, Penisnya yang sudah sangat bengkak terjuntai begitu saja tepat di samping badan tante Ayu. Tante yang sintal itu ikut heran seperti kami.
�sudah eko? Kamu kenyang ya?� kami tahu maksud tante dengan kenyang adalah puas tp tidak enak dia menggunakan kata itu. Tentunya dia heran karena Eko belum ejakulasi. Dan dia pasti maklum, kali ini sasaran kami adalah sampai ejakulasi tidak seperti biasanya. Walaupun untuk mengharapkan ejakulasi di dalam vagina tante ayu masih terlalu muluk bagi kami saat itu.
Eko hanya tersenyum-senyum saja. Dia menelan sisa2 susu tante ayu yang masih ada dalam mulutnya. Tante bangun dari posisi telentang, ia mengambil kain di sisi tempat tidur dan menyeka payudaranya. Kami semua terdiam tidak tahu apa yang harus kami lakukan saat itu. Nafsu binatang sudah memuncak sampai ke ubun2 kami semua. Bahkan Bambang keliatan sudah tidak perduli lagi hubungan darahnya dengan tante ayu. Kami bertiga tertegun memperhatikan tante ayu yang masih telanjang bulat itu selama beberapa menit.
Tiba2 Eko memeluk tante ayu. Tante yang tidak curiga tersenyum manis dan memeluk balik anak tanggung itu.
�kamu udah ya gilirannya? Sekarang gantian sama Bambang atau Wawan ya?�
Eko mengangguk2. Namun tangannya meremas payudara tante sekali lagi. Tante memegang tangan nakal itu dan memindahkannya ke perutnya.
�Sudah ya sayang. Cukup ya. Kasian yang lain kepingin juga tuh�. Eko dalam tempo bberapa detik memindahkan balik tangan tante ke penisnya dan memberi tanda ke tante untuk mengocoknya. Lagi2 tante dengan sabar tersenyum dan menuruti. Mungkin dengan demikian ia pikir Eko akan cepat keluar dan menyelesaikan �penasaran�nya pada tubuhnya yang bugil total saat itu. Mungkin itu juga dalam rencananya ke pada aku berdua Bambang. Supaya cepat selesai dan kami cepat keluar dari rumahnya. Namun dugaannya meleset jauh. Nafsu yg sudah memuncak Eko memberinya keberanian utk membaringkan Tante Ayu sekali lagi.
Tante yang keliatan masih bertanya2 mula2 menurut. Namun ketika Eko menggunakan tangannya mengangkangkan kedua pahanya. Ia berontak dengan keras!
�Eko!! Mau ngapain kamu????� jeritnya tertahan. Karena saat itu, tangan Eko yang satu menekan tangan kiri tante ke tempat tidur dan menggiring penisnya mengarah kepada kemaluan tante yang sudah keliatan basah. Aku dan Bambang bengong tanpa mampu berbuat apa2. Sebagian dari pikiran kami panik takut sekali ini akan jadi peristiwa pemerkosaan dan kami akan terlibat di dalamnya. Sebagian lain dari otak kami, menginginkan Eko membuka peluang itu untuk kami juga. Tak ada seorang pun di antara kami yang sanggup menahan godaan seksuil memandang tubuh yang selama ini hanya ada dalam khayalan kami itu dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun. Tanpa saling bicara kami sadar dalam hati bahwa kesepakatan kali ini hanya satu: menikmati tubuh itu bergantian!
Namun sekuat2nya tante ayu melawan, tenaga eko lebih kuat. Dengan memaksa ujung penis eko mulai menguak celah surgawi milik istri om harso itu. Kami hampir tidak berani meliat. Ketegangan, ketakutan, bercampur dengan harap2 cemas bahwa tante akan menyerah saja dan setelah itu kami mendapatkan giliran kami masing-masing. Yang kami lihat saat itu ialah tante yang pucat pasi dan panik luar biasa. Namun karena tenaganya sudah mulai habis, perlawanannya pun melemah. Usaha terakhirnya ialah mendorong dada eko sekuatnya. Namun ekok sudah kerasukan. Kepala helm terus merangsek masuk senti demi senti.
�oh my god oh my god, eko, eko, sadar sayang, eko, elin elingggg� nggggghhhh. Eko itu masuk, masuk sayang. Please udah udah, tante mohon sayang, eko ya ampun, ekoo ampunnnn dehhhh�. ohhhh.. om bentar lagi pulang eko� udah yaaaa� auuuuuuwwww ekkkkoooo�. � kami meliat ujung penis eko sudah mulai menghilang. Astagaaaaa. Seakan kami tidak mempercayai apa yang kami liat malam itu. Eko berhasil melakukan sesuatu yang selama ini hanya mimpi! Eko benar2 pahlawan kami saat itu.
Seiring dengan melesaknya si jagoan kecil eko, mata tante mendelik2 sehingga cuma keliatan putihnya saja. Hidungnya kembang kempis, nafasnya tambah memburu. putingnya yang selama ini memang sudah memunjung posisinya tambah memunjung ke atas. Siapapun yang melihat dia dalam posisi ini pasti akan terangsang dan mungkin akan join dengan eko untuk mengerjainya. Keberanian tante bermain dengan resiko selama ini menjadi bumerang. Akhirnya ia harus termakan kenakalannya sendiri yang dimulai dari niat flirting saja. Seorg anak tanggung berhasil mempenetrasinya!!! Ini adalah ganjaran yg mgkn akan disesali tante Ayu seumur hidupnya. Sisa-sisa tenaga tante ayu mungkin tidak cukup lagi untuk menghentikan Eko. Eko mulai mencumbu wanita yang jauh lebih tua dari mereka itu. Ia menciumi leher tante ayu, dan menjilati dadanya. Tangan tante ayu direntangkan dan dia terus menekan masuk sepnuhnya masuk dalam liang pertahanan terakhir tante ayu. Tante ayu pun menjerit ckup kencang kali ini. Ia melenguh sangat panjang namun tidak bisa memungkiri kenikmatan yang diperolehnya dari kenekadan pemuda yang tidak sampai setengah umurnya dari dia tersebut.
�ekkkooooo, gila kamu sayang� owwww� itu masuk semua.. Ya ampun Eko, what the hell are you doing� ekkoooo jangan sayanggggg, oh God, you�re ****ing me Eko, please stoppppp�.� . dan blesssss� kami mnahan nafas.
Eko sejenak terdiam. Ini berhenti dalam posisi penisnya terbenam seluruhnya sampai ke pangkal rahim tante. Terasa ujungnya menyentuh dinding2 hangat yang sangat nyaman rasanya. Ia menghentikan aksi dorongnya krn sudah tidak bisa mendorong lagi. Semua terdiam . kami menunggu reaksi tante selanjutnya. Eko mulai tampak bimbang dan takut. Mungkin ia menyadari kenekadannya saat itu dan resiko besar yg akan diterimanya bila tante marah dan memutuskan melaporkan kami ke om Harso atau lebih parah, polisi!! Posisi mereka tetap sama, eko menindih tante dari atas dan penisnya tertancap dalam2.
Setelah bbrp menit, tante mulai buka suara. Ia mulai keliatan tenang dan berusaha menguasai diri.
�eko, km sadar gk kamu lagi apa sayang? Km udah gaulin tante sayang� suaranya lirih dan lembut namun terdengar sedih. Dibelainya rambut remaja tanggung pertama yg berhasil melakukan hal tabu thd dirinya itu.
�enggg, iya tante� wajah eko keliatan ketakutan sekali dan penuh rasa bersalah. Namun dia tidak mau menarik penisnya dari dalam liang tante. Tante mendorong Eko perlahan, penis Eko pun tercabut dari liangnya. Flop!
Mereka berdua tetap duduk di ranjang. Perkataan tante Ayu selanjutnya membuat kami shock dan tidak akan kami lupakan seumur hidup kami.
�ya sudah. Kalau ini yang kalian mau, tante cuman bisa pasrah. Eko sekarang kamu lanjutkan saja ya, selesaikan apa yg km dah mulai. yang lain ke luar dulu. Tante akan puasin kalian satu persatu. Tante rela kok. Asal ini menjadi rahasia kita berempat�
serasa petir di siang bolong pernyataan itu. Saya dan bambang termangu seperti orang bego namun perlahan menurut dan beranjak meninggalkan ruangan.
�Bambang dan wawan, tolong liat2 ke luar, tante takut om pulang tiba2�
kami pun menunggu di luar pintu kamar. Sambil berjalan ragu ke luar kamar, kami sempat menengok ke belakang, Eko beranjak naik ke kasur sementara tante menunggu pasrah. Nampaknya tante sudah putus akal gimana menghadapi kenakalan dan kekurangajaran kami bertiga. Mungkin dengan cara ini sajalah ia merasa kami tidak akan lagi kurang ajar besok2 terhadap dirinya. Cara yang sangat menguntungkan kami: melayani kami!
Ini lah titik paling berkesan dalam hidup kami dan kami sadari itu. Alangkah beruntung nya kami dan alangkah kasiannya Oom Harso, istrinya yang cantik jelita sebentar lagi akan dilahap 3 anak tanggung kurang ajar.
Dari dalam arah kamar terdengar suara rintihan tante dan erangan Eko. Gila tu anak, emang nekadnya jangan ditanya lagi deh. Tp hari ini segala kenekadannya membuahkan hasil. Siapa nyana dia berhasil menyetubuhi wanita secantik, semolek tante ayu? Bahkan untuk mengkhayalkan saja untuk kami sudah terlalu muluk saat itu. Kami berusaha mengintip tp sulit sekali karena lubang angin di atas pintu terlalu tinggi dan lubang kunci terlalu kecil untuk dapat melihat jelas ke dalam. Dari balik lubang kunci kami hanya bisa melihat kaki Eko di antara kaki tante dan dalam posisi menggenjot tante. Ouch, Damn lucky bastard!! Pikir kami saat itu. Tak lama berselang, terdengar Eko menjerit tertahan. Hmm, selesai juga anak bedebah itu, pikir aku dan Bambang. Untuk beberapa lama Eko dan Tante terdiam. Kami tidak berani mengintip lagi takut mereka ke luar kamar tiba2. Tak lama berselang pintu di buka, Eko keluar dengan tampang lemas tapi puas.
�siapa lagi tuh?� Seringainya. Aku dan Bambang berpandang2an. Akhirnya Bambang memberikan kode kepadaku untuk masuk duluan. Dia masih tampak ragu berat melakukan hal ini walaupun kami semua tau dia sangat menginginkannya.
Dengan deg2an aku masuk ke kamar. Nampak Tante Ayu baru aja selesai basuh2 dari kamar mandi. Ia mengerling ke arahku dengan wajah sendu.
�kamu mau skarang? Tapi pelan2 ya, tante masih capek.�
Aku cuman mengangguk. Tante memeluk aku dan mencium keningku.
�Mudah2an setelah ini, kamu gk ngelakuin ini sama siapapun seblum kamu nikah ya. Tante yakin tante akan menyesal tp tante melakukan ini karena tante sayang sama kalian.�
�iya tante� Aku hanya mengangguk2, tapi tentunya tak sedikitpun mengindahkan ucapan itu. Selagi ia memeluknya, pandanganku hanya ke arah dadanya yang membusung indah dan hanya ditutupi daster tipis. Aah, Eko, hebat lo bisa merasakan tubuh ini pertama kali.
Setelah �wejangan2nya� tante menuntunkku ke arah ranjang. Aku memeluknya dari belakang. Harum. Ia memegang pinggulku ke arah belakang. Aku melingkarkan tangah membelai perutnya. Aku menaikkan bagian bawah daster sampai ke pinggang sambil menciumi lehernya. Tanganku membelai pinnggangnya yg kecil dan liat, menyelipkan jariku di pusarnya. Mataku sesekali menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tidak ada perasaan bersalah sedikitpun melihat foto2 tante ayu, suami dan keluarganya. Akal sehatku mati, yg ada hanyalah keinginan untuk mencetak score pertamaku. Dan dengan wanita secantik dan semulus itu!!! Tanganku membelai bagian tengah pahanya yg sudah kembali terbalut celana dalam, meraba tekstur bulu2 halus itu dari balik celana dalam tipis merupakan pengalaman menarik tersendiri. Jariku mulai meraba ke arah �belahan bawah�. Hmm sudah mulai basah. Andai saat itu aku sudah pernah merasakan seks, tentunya aku akan terus melanjutkan foreplay dengan berbagai macam teknik, namun aku tak kuat. Secepatnya aku dotong badannya agar menekuk dan menungging di pinggir kasur. Aku pelorotin celana dalamnya. Yang aku liat skarang adalah belahan vagina yg tertutup bulu2 halus dan pendek. Aku terpana. Ini kah vagina pertamaku? Seindah ini kah? Pantat tante membulat sempurna, pinggangnya begitu kecil dan kencang, tidak sedikitpun seperti orang yg pernah melahirkan 2 anak. Aku memelorotkan celanaku sendiri dan blesssss� aku seakan hendak berteriak kencang namun bisa mengontrol diri, agar tetangga tidka mendengar. Tante berusaha meraih kepalaku ke arah belakang punggungnya, sehingga badannya agak meliuk. Aku mulai menggenjot, struktur kulit dan tulang di dalam vagina benar2 baru bagiku saat itu. Aku menggenjot dan menggenjot. Namun tidak sampai 5 menit, semprotan kencang spermaku tidak dapat lagi aku tahan. Aku menyemprot dan menyemprot sampai tetes terakhir, semua nya di dalam, tak satupun yg aku keluarkan. Vagina tante berdenyut kencang sekali, mencengkram penisku seperti memerasnya. Tak lama aku terkulai lemas. Tante mengambil tissue dan mengelap liang vaginanya.
�aduuh,, supply nya banyak sekali protein murni deh buat tante hari ini�
wajahnya tetap jenaka, aku memandang tubuhnya sekali lagi seakan tidak percaya. Tante mencium kening ku sekali lagi.
�udah sayang?�
Aku tersenyum lemah.
�sudah tante�
�ok, kamu sekarang basuh2, terus panggil bambang ya. Lupakan apa yang barusan terjadi. Tante senang kamu menikmatinya, tante ingin kamu kenang barusan sebagai sex pertama kamu, tp bukan dengan tante� aku hanya mengiyakan.
Giliran selanjutnya tentunya bambang. Aku menyuruhnya masuk, dan menunggu di luar dengan eko. Di luar dugaan, bambang berada di dalam lama sekali. Hampir satu jam. Belakangan dia baru cerita justru anti klimaks, tidak bisa ereksi, mungkin karena terlalu tegang dan merasa kikuk serta bersalah. Namun akhirnya berhasil dengan ketelatenan tante Ayu yg sangat tenang dan cool malam itu. Kami benar2 mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Setelah bambang selesai, hampir satu jam kami duduk2 di ruang TV menonton acara komedi. Namun pikiran kami tak satupun yang tau apa isi acara. Terbayang pengalaman luar biasa ygn baru terjadi.
Beberapa lama om harso pulang, menemui kami di ruang tamu, memeluk bambang dan menepuk2 kepala aku dan Eko. Tidak tau apa yang barusan kami lakukan. Kami pulang dengan perasaan campur aduk.
Setelah kejadian itu, tidak ada lagi acara menyusui walaupun aku dkk berusaha melobi tante untuk melakukannya lagi.
�setelah acara puncak, gk ada lagi acara hiburan� tolak tante selalu sambil senyum2 genit.
Aku pindah ke luar kota 1 tahun kemudian melanjutkan sekolah SMA di kota lain. Bambang dan Eko masih di kota itu.
Ketika aku kuliah, sempat sekali pulang dan menelpon tante Ayu, dia sudah anak 3, bambang dan Eko sudah pindah jg. Eko ke Melbourne melanjutkan kuliah malah. Aku janjian dengan tante di KFC dekat rumah tante. Pulangnya aku menjemput anak bungsu tante ke sekolah dengan tante jg. Sesampai di rumah, anak itu langsung makan dan tidur siang. Aku melahap tante Ayu sebagai nostalgia, pinggangnya sudah lumayan besar dan badannya agak kendor namun jangan tanya berapa orgasme yang aku dapat sore itu.
Sampai saat ini (sudah sekitar 13 tahun) kami semua tidak pernah lagi bertemu Tante Ayu, kecuali bambang. Tentunya dia sudah tua dan tidak lagi menarik secara seksual. Namun kenangan yang ia tinggalkan pada kami tidak akan hilang sepanjang masa.
THE END





Promo Diskon Home & Digital !!!

Ranjang yang Ternoda 2

Ranjang yang Ternoda 2

Juli 12, 2007

BAGIAN DUA
SERANGAN PARA PRIA TUA
Oleh Pujangga Binal & Friends

Pak Hasan adalah mertua Lidya dan ayah kandung Andi. Usianya sudah 58 tahun, bertubuh gemuk, botak dan sudah menduda sejak 12 tahun terakhir. Setelah kehilangan rumahnya yang berada di desa karena tidak bisa membayar hutang yang menumpuk, Pak Hasan sedianya akan ditampung sementara oleh Andi dan menantunya Lidya yang sama-sama baru berusia 26 tahun sebelum nantinya mendapat rumah kontrakan yang baru.

Pak Hasan mengetuk pintu depan dan menantunya yang ayu segera menyambutnya. Si seksi itu hanya mengenakan daster tipis yang menerawang, khas baju ibu-ibu rumah tangga. Tapi entah kenapa, saat Lidya yang mengenakan baju itu, terlihat sangat menggairahkan. Lidya terlihat sangat cantik dan segar.

“Lho? Bapak? Aku kira bapak baru akan datang besok lusa? Ayo masuk dulu,” kata Lidya sambil memutar badan. Walau tertutup daster, tapi Pak Hasan bisa melihat jelas lekuk pantat sempurna milik Lidya yang menerawang di balik daster. Lidya, seperti juga kakak-kakaknya memiliki kecantikan natural yang sempurna. Walaupun menantu Pak Hasan itu memiliki perangai yang manis, ceria dan suka bercanda, tapi sosok ayu dan seksinyalah yang membuat setiap lelaki ingin menidurinya.

“Mas Andi belum pulang, tapi sebentar lagi pasti datang.”

“Tadi aku naik bis yang sore.” kata Pak Hasan sambil mencari sofa untuk duduk.

“Oh begitu. Istirahat dulu, Pak. Anggap saja rumah sendiri.” Jawab Lidya sambil membungkuk untuk mengambil cangkir yang ada di meja di depan Pak Hasan. Karena daster yang dipakai Lidya sangat longgar, gerakan ini membuat Pak Hasan bisa mengintip celah buah dada putih ranum yang menggiurkan di balik BH Lidya.

Melihat keseksian menantunya, kemaluan Pak Hasan langsung mengeras. Mertua Lidya itu segera menyembunyikan tonjolan di selangkangannya karena malu. Setelah menata meja, Lidya duduk di depan Pak Hasan dan menyilangkan kakinya, seakan memamerkan kakinya yang putih, mulus dan jenjang dengan bulu-bulu halus yang menggairahkan. Pak Hasan harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan pertanyaan Lidya.

“Jadi bagaimana perjalanannya? Capek yah, Pak?”

“Lumayan melelahkan. Lima jam perjalanan.”

Mata Pak Hasan bergerak menelusuri seluruh lekuk tubuh Lidya, dari atas sampai bawah, dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Hampir 5 tahun sudah Pak Hasan tidak melakukan kegiatan seksual. Setelah kematian istrinya, Pak Hasan sering memanggil pelacur saat masih tinggal di desa. Tapi kemudian berhenti karena hutang-hutangnya kian bertumpuk dan dia tidak bisa membayar seorang pelacurpun. Lidya mulai sedikit rikuh dengan tatapan mata Pak Hasan yang seakan menelanjanginya.

“Aku naik dulu ke kamar ya, Pak. Mau mandi sebentar lalu aku siapkan makan malam. Bapak pasti sudah lapar kan? Anggap aja rumah sendiri,” kata Lidya sambil menaiki tangga. Mata Pak Hasan tidak lepas dari goyangan pantat menantunya yang aduhai sampai ke atas tangga. Walaupun sudah uzur, tapi Pak Hasan tetap laki-laki normal, dia butuh melepaskan hasrat birahinya. Dia ingin masturbasi untuk melepaskan gejolak nafsunya.

Saat itu telepon berbunyi. Pak Hasan mengangkatnya.

“Halo?”

“Halo, ini Bapak ya?”, tanya suara di ujung, yang rupanya suara Andi.

“Iya, ini Bapak, Ndi,” kata Pak Hasan.

“Pak, aku minta maaf aku nggak bisa pulang hari ini, soalnya aku harus lembur di luar kota dan baru akan pulang sekitar hari Minggu sore. Mendadak banget dan tidak bisa ditunda. Tolong pamitin ke Lidya ya. Pesawatnya hampir berangkat, aku tidak bisa lama-lama. Maaf tidak bisa menemani Bapak. Aku telpon kalau sudah sampai di sana nanti.”

“Baik, Ndi. Nanti Bapak sampaikan. Iya.”

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Pak Hasan menutup telepon.

Pak Hasan berniat untuk membawa tas-tasnya yang berisi baju ke kamar atas. Perlahan dia menaiki tangga, melewati kamar utama — tempat tidur Lidya dan Andi. Terdengar deru suara air mengalir dari kamar mandi yang terletak di dalam kamar utama. Pak Hasan meletakkan tasnya di depan pintu kamar. Setelah berpikir keras, dia memutuskan untuk memasuki kamar tidur utama pasangan Andi dan Lidya.

Di atas ranjang terdapat celana jeans dan atasan kaos putih. Saat mengambil kaos itu Pak Hasan mendapati BH dan celana dalam tipis yang juga berwarna putih. Pak Hasan benar-benar tidak kuat lagi menahan birahinya. Diambilnya celana dalam Lidya, dibukanya celananya sendiri, dan mulailah ayah mertua Lidya itu coli dengan menggesekkan celdam Lidya di kontolnya yang mulai keriput.

Detak jantung Pak Hasan makin cepat karena ia tahu menantunya sedang mandi sementara dia coli menggunakan celana dalam yang akan dipakai Lidya. Gerakan Pak Hasan makin meningkat cepat karena saat coli Pak Hasan membayangkan enaknya menikmati tubuh Lidya di ranjang dan bagaimana rasanya memeluk menantunya yang cantik itu. Pak Hasan membayangkan asyiknya melihat tubuh molek Lidya terhentak-hentak didera sodokan penisnya.

Pak Hasan mengintip sedikit ke kamar mandi. Lidya rupanya lalai dan membiarkan pintu kamar mandi sedikit terbuka, memudahkan akses bagi mertuanya mengintip. Pak Hasan mendapati Lidya sedang menyabuni buah dadanya yang besar dan kenyal.

“Wow. Tubuh si Lidya benar-benar indah. Sangat seksi,” batin Pak Hasan. “Seandainya mungkin, aku ingin masuk ke dalam sana dan mengenthu menantuku yang aduhai itu.”

Pak Hasan meneruskan colinya di celdam Lidya saat menantunya itu membungkuk untuk menyabuni kakinya yang jenjang dan pahanya yang mulus. Tak lama kemudian, Lidya bersandar pada dinding sementara air shower membilas tubuhnya yang putih mulus. Tangan kiri Lidya menangkup buah dadanya yang indah. Jari jemarinya mulai mengelus dan menowel-nowel pentilnya. Pak Hasan terpana melihat menantunya itu memainkan payudaranya. Tangan kanan Lidya menuruni perutnya yang langsing dan masuk ke selangkangannya.

“Aaaaahhhhhh,” Lidya mendesah kecil.

Tangan kiri Lidya yang penuh gelembung sabun itu kini memilin dan meremas-remas pentil payudaranya hingga mengeras, lalu meremas buah dadanya bergantian. Tangan kanan Lidya masih berada di selangkangannya. Semakin mencondongkan tubuhnya ke belakang, Lidya membentangkan kakinya sedikit. Pak Hasan bisa melihat jari jemari lentik tangan menantunya keluar masuk memeknya sendiri. Pak Hasan terpesona melihat si cantik Lidya menggunakan jempolnya untuk menggosok dan menggerakkan daging menonjol yang ada di ujung atas bibir vaginanya.

“Ah! Ah! Ah! Ehm! Ehm! Ooooohhh!!!” kaki Lidya melengkung saat si jelita itu melenguh perlahan. Akhirnya tangan kirinya turun lemas ke samping badannya, sementara jari-jarinya tangan kanannya berhenti bergerak, namun tetap berada di dalam liang vaginanya.

Pak Hasan merasakan air maninya membanjir. Tangannya belepotan sperma dan ia membersihkannya menggunakan celana dalam Lidya. Terdengar suara shower dimatikan dan Lidya mulai keluar dari shower. Secepat kilat Pak Hasan meletakkan celdam Lidya seperti sediakala dan meninggalkan kamar itu. Pak Hasan menutup pintu kamar, namun masih membuka sedikit celah. Saat sudah beranjak meninggalkan tempat itu, terlihat Lidya keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya yang indah.

Pak Hasan sebenarnya bisa langsung orgasme hanya dengan melihat Lidya setengah telanjang dan hanya mengenakan handuk, ternyata mertua mesum itu jauh lebih beruntung daripada yang dia kira. Tak sengaja, Lidya menjatuhkan handuknya ke lantai. Tanpa sepengetahuan wanita ayu itu, sang ayah mertua yang nafsu birahinya sedang memuncak ada di luar kamar sedang mengawasi tiap gerak-geriknya yang molek. Karena memunggungi pintu, Pak Hasan bisa menyaksikan pantat putih mulus Lidya yang sempurna.

Perlahan-lahan Lidya berbalik dan Pak Hasan hampir tak kuat menahan nafsu. Baru kali inilah dia menyaksikan keindahan tubuh Lidya secara langsung tanpa sehelai benangpun. Rambut di atas kemaluan Lidya terlihat terawat karena dipotong rapi dan sangat lembut, sementara payudara Lidya yang montok sangat ranum dan besar. Si molek itu mengambil handuk lalu mengeringkan rambutnya yang dikeramas. Karena bergerak cepat, buah dada Lidya bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan erotis. Pak Hasan meletakkan satu tas kresek yang dibawanya dan mulai mengocok kontolnya lagi.

Saat Lidya usai mengeringkan rambut, istri Andi itu mengambil celana dalamnya dengan sedikit membungkuk. Tentu saja Pak Hasan makin puas karena bisa melihat lebih jelas ke arah lubang anus sang menantu. Untung saja Pak Hasan kuat menahan diri, bisa saja ia masuk ke dalam dan menyetubuhi Lidya dari belakang dengan paksa. Warna merah muda anus mungil milik menantunya itu sangat mengundang selera sang pria tua. Pak Hasan berandai-andai apakah anaknya si Andi pernah menyodomi istrinya. Lidya mulai mengenakan celana jeansnya dan kembali payudara si cantik itu bergoyang-goyang. Pemandangan erotis ini makin lama makin memuaskan Pak Hasan. Tak perlu waktu lama, sperma pria tua itu akhirnya meledak di dalam celana.

Pak Hasan mengambil semua tasnya dan berjalan kembali ke kamar untuk berganti pakaian. “Situasinya menarik sekali!”, batin laki-laki tua itu sambil membersihkan tangan dengan tissue. “Aku sendirian di rumah selama beberapa hari dengan menantuku yang cantik jelita dan sangat seksi itu! Aku harus mendapatkan tubuh Lidya! Aku harus menanamkan penisku di memeknya yang wangi secepatnya!”

Entah apa yang akan dilakukan Andi seandainya dia mengetahui rencana ayah kandung pada istri yang dicintainya.

###

Setelah hampir setengah jam menonton TV dan menghabiskan rokok, Pak Bejo kembali mengajak Alya. “Sudah waktunya. Ayo.”

“Ayo kemana?” tanya Alya.
“Sini. Berlutut di depanku.” Perintah Pak Bejo sambil membuka kakinya.
“Pak Bejo! Saya mohon, jangan suruh saya melakukan hal itu lagi! Saya tidak pernah menyukai melakukan hal itu sebelumnya!”
“Oke. Oke.” kata Pak Bejo. Pria tua itu sepertinya memahami dan melangkah ke arah Alya.

Alya bahkan tidak punya kesempatan mengelak saat kemudian Pak Bejo menampar pipinya dengan keras. Alya pun menangis tersedu-sedu. Belum pernah seumur-umur dia diperlakukan dengan kasar oleh seorang pria. Airmatanya meleleh dan isak tangisnya terdengar hingga beberapa saat.

Pak Bejo kembali duduk di hadapan Alya.

“Berapa kali aku harus ngomong sama Mbak Alya kalau Mbak Alya sudah tidak punya pilihan lain lagi? Mbak Alya harus menuruti semua perintahku. Jadi ada baiknya kalau Mbak Alya juga mulai menikmati apa yang aku perintahkan. Jadi merangkaklah kemari dan jangan pernah membantah apa yang aku perintahkan lagi!” ancam Pak Bejo.

Kali ini tidak ada ulangan perintah. Dengan penuh kepasrahan, Alya menyepong tetangganya yang mesum dan berusaha menahan diri agar kali ini dia tidak mual lagi. Pak Hasan melenguh keenakan dan sesekali tertawa terbahak-bahak menikmati enaknya disepong wanita secantik Alya. Setelah usai menyepong, Alya duduk di lantai. Ia masih berada di daerah selangkangan Pak Bejo. Wajahnya yang jelita hanya beberapa centimeter saja dari kontol besar Pak Bejo. Si cantik itu bahkan sudah terlalu takut dan malu untuk mengamati bentuk kontol kebanggaan tetangganya itu. Pak Bejo tahu dia sudah menaklukan wanita cantik bertubuh indah ini.

Alya melihat ke arah jam dinding dan langsung kaget. Opi sebentar lagi pulang! Dengan buru-buru Alya melepaskan diri dari pelukan mesra Pak Bejo dan berdiri.

“Pak Bejo, anda harus pergi sekarang. Opi sebentar lagi pulang dan…”

“Ijinkan aku menciummu sekali lagi.” Kata Pak Bejo sembari melihat ke selangkangan Alya dengan pandangan nafsu.

Alya mendekatkan tubuhnya ke Pak Bejo dan merenggangkan kakinya, memberikan akses penuh pada pria tua itu untuk bisa mencium bibir kemaluannya. Pak Bejo segera mengulum-ngulum bibir vagina Alya dengan buas. Alya merem melek dan melenguh tak henti-henti. Kenikmatan bercampur rasa bersalah menguasai istri Hendra itu.

Setelah beberapa saat menjilati, Pak Bejo bangkit.

Pak Bejo mulai berpakaian. Alya merasa aneh karena kini dirinya mulai terbiasa dan tidak merasa malu lagi telanjang bulat dihadapan pria tua ini.

“Aku akan kembali lagi. Mungkin besok, waktu yang sama. Saat membuka pintu, aku harap Mbak Alya tidak mengenakan sehelai benang pun. Besok aku akan memberikanmu kenikmatan yang terhebat dan aku akan mengambil lubang keperawananmu yang tersisa.”

Alya mengangguk karena berharap pria tua brengsek ini segera meninggalkan rumahnya. Setelah berpamitan dan meremas-remas dada Alya, Pak Bejo pun pergi. Alya menutup pintu rumah sambil menangis tersedu-sedu. Dia ambruk ke kasur dan bertanya-tanya dalam hati. Apa yang dimaksud begundal tua itu dengan ‘lubang perawan yang tersisa?’.

Tapi karena Opi hampir pulang, Alya memaksakan diri untuk bangun. Dia mandi dan menggosok seluruh tubuhnya yang kotor. Dia telah dijilati oleh lidah seorang pria yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan menggaulinya. Alya membersihkan tubuhnya dan mandi lebih lama dari biasanya.

Saat itulah dia sadar.

“Aku memang bodoh.” Renung ibu rumahtangga yang jelita itu dalam hati. Jangan-jangan yang dimaksud Pak Bejo adalah lubang anusnya? Pasti akan sangat menyakitkan. Jari jemarinya yang lembut menelusuri bagian belakang tubuhnya, mengitari pantatnya yang bulat. Dia meremas pantatnya sendiri dan menangis sejadi-jadinya.

Pasti akan sangat menyakitkan.

###

Setelah mandi dan membersihkan diri, Pak Hasan kembali turun ke ruang keluarga. Dia duduk di sofa dan menonton berita di televisi, berharap bisa sejenak melepaskan hasrat birahinya yang liar kepada menantunya sendiri. Tidak lama kemudian, Pak Hasan mendengar suara lembut dari atas tangga.

“Pak, siapa tadi yang telepon?”

“Oh, itu si Andi dari bandara,” jawab Pak Hasan. “Katanya dia harus langsung lembur dan berangkat ke luar kota malam ini juga. Baru pulang hari Minggu sore. Untuk keperluan bisnis atau yang lain, Bapak kurang paham.”

Pak Hasan mendengar gerutu kecil dari Lidya tentang kebiasaan Andi yang jarang pulang dan lain sebagainya. Tak lama kemudian Lidya turun ke ruang keluarga. Pak Hasan hanya bisa menatap takjub penampilan menantunya yang indah itu. Lidya memakai baju putih tanpa lengan yang membuat buah dadanya yang besar terlihat menonjol menantang dan celana jeans yang hampir-hampir tidak sampai ke pinggulnya. Dari belakang, Pak Hasan bisa mencuri pandang belahan pantat Lidya.

Pak Hasan mulai terangsang lagi saat membayangkan Lidya menggunakan celdam yang tadi digunakan oleh Pak Hasan untuk coli. Rambut indah panjang Lidya diikat kucir kuda dan membuat si cantik itu tampak lebih muda. Pak Hasan menahan diri dan kembali menatap layar televisi.

Lidya mulai menyiapkan makan malam sementara Pak Hasan menyusulnya ke dapur untuk melihat apakah dia bisa membantu Lidya. Sekitar dua puluh menit memasak dan bercakap-cakap, makanan pun siap. Tak disadari oleh Lidya kalau sedari tadi Pak Hasan memanjakan matanya dengan mengamati setiap lekuk tubuh Lidya dari atas sampai bawah sementara Lidya memasak. Pantatnya yang bulat dan montok itu makin terlihat sempurna karena ketatnya celana jeans yang dikenakan. Saat mengambil bumbu di atas lemari, celana dalam putih yang dipakai Lidya sedikit terangkat dan terlihat oleh Pak Hasan. Lelaki tua itu puas melihat menantunya memakai celdam yang sama yang dia gunakan untuk coli.

Pak Hasan langsung membayangkan nikmatnya menubruk tubuh Lidya, membungkukkan tubuh si cantik itu ke depan, dan melesakkan kontolnya ke dalam memek Lidya sementara tangannya meremas-remas susunya. Lamunan itu sirna begitu Lidya berbalik dan menghidangkan makan malam.

###

Tangan Dina bergetar hebat saat dia melepaskan kancing bajunya. Pandangan mata Pak Pramono tidak lepas dari payudara Dina yang masih tertutup kemeja, menunggu dengan penuh harap untuk menyaksikan susu Dina dalam kondisi tidak tertutup sehelai benang pun. Dina ingin berhenti, tapi terus membuka kancing dan melepas bajunya. Bh dan isinya yang putih mulus dan montok menjadi perhatian utama Pak Pramono. Dina meraih kancing BH di belakang dan melepaskannya. Saat BH itu menggantung di atas payudaranya, Dina mulai ragu-ragu dan berusaha menggunakannya menutup buah dadanya. Dina melepaskan celananya sambil masih memegang BH.

Pak Pramono jelas menikmati pertunjukan ala striptease ini. Sudah jelas bagi pria tua itu bagaimana malunya perasaan Dina, yang tentu malah menambah nikmat rangsangannya. Saat buah dada Dina keluar dari BH, Pak Pramono bisa melihat pentil payudara Dina sudah membesar, tentu karena udara dingin. Saat melepas celana panjang, Pak Pramono memperhatikan celana dalam yang dipakai Dina. Celana dalam putih biasa saja. Hal ini justru menambah minat Pak Pram. Lebih jelas lagi kalau Dina adalah seorang ibu rumah tangga yang sederhana dan mungkin orang yang pernah melihat Dina dalam kondisi setengah telanjang hanyalah Anton dan dirinya sendiri.

Dina menggigil ketakutan. Wanita cantik itu berdiri setengah telanjang di hadapan pria asing yang juga bos dari suaminya. Satu tangan mengapit BH yang sudah hampir copot agar tetap menutupi payudara dan tangan yang satu lagi menangkup selangkangannya. Dengan satu gerakan dilemparkannya BH ke samping sehingga Pak Pramono bisa menyaksikan tubuh bugil istri pegawainya.

Pak Pramono menatap si cantik Dina dan menikmati ketidaknyamanan wanita itu. Tapi dia kemudian menjadi tidak sabar. Pak Pramono membuka tasnya dan melambaikan amplop manila ke arah Dina. Istri Anton itu tahu apa yang dimaksud Pak Pramono dan mengambil nafas sekaligus keberanian ganda. Dina menarik celana dalamnya ke bawah secepat mungkin dan langsung menutup selangkangannya kembali dengan tangannya. Dina kini sudah berdiri tanpa sehelai benangpun di hadapan Pak Pramono, dan berusaha keras menutupi payudara dan vaginanya.

“Letakkan tanganmu di samping,” kata Pak Pramono dingin.

Dina tahu inilah saatnya. Saat-saat penentuan. Apakah dia akan menunjukkan tubuh telanjangnya pada laki-laki di hadapannya ini? Setelah mempertimbangkan resiko tidak melakukannya, Dina menarik nafas panjang dan menyerah. Berdiri tegap dan bergetar hebat, Dina akhirnya mempersembahkan keindahan tubuh telanjangnya yang luar biasa mempesona pada pria selain suaminya. Dina membenci pandangan asusila Pak Pramono pada dirinya, dia membenci pandangan laki-laki tua yang sedang memuaskan diri dengan menjelajahi sekujur tubuh Dina.

“Berbaliklah… perlahan,” kata Pak Pramono.

Dina menurut, dia berbalik memutar badan. Pantatnya yang mulus terangkat merangsang di hadapan Pak Pramono. Dina terus memutar sampai dia kembali berhadapan dengan Pak Pramono.

“Aku tadi bilang berbalik. Bukan memutar,” kata Pak Pramono galak.

Sekali lagi Dina memutar badan, tapi kali ini dia berhenti saat pantatnya berada di depan Pak Pramono. Ruangan itu menjadi sunyi dan bagi Dina semuanya menjadi lebih parah karena tidak bisa melihat ke arah Pak Pramono. Dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan laki-laki tua itu. Bagi ibu muda yang cantik dan sederhana itu, kesunyian ini seakan berlangsung amat lama.

“Renggangkan kakimu,” suruh Pak Pramono. “Bagus. Sekarang membungkuklah dan lihat kemari melalui sela-sela kakimu.”

Dina menahan nafas saat dia melihat ke arah Pak Pramono di antara sela-sela kakinya. Celana panjang sekaligus celana dalam Pak Pramono sudah copot dan penisnya yang mengeras bagaikan menantang langit. Tidak hanya keras, sepertinya kontol Pak Pramono juga lebih besar – lebih besar dan panjang – daripada milik Anton. Dina juga sadar kalau memeknya bisa dilihat jelas oleh Pak Pramono. Angin semilir membelai bibir vaginanya yang terbuka menantang. Sebelum ini belum ada satu orangpun yang pernah menyaksikan liang kemaluannya seperti ini, bahkan suaminya sendiripun belum pernah.

Saat Pak Pramono memintanya mendekat, Dina berdiri tegak dan menarik nafas lega. Tapi ketika dia berdiri di samping bos Anton itu dengan bertelanjang bulat, wajah cantik Dina langsung memerah karena malu. Dina melompat mundur ketika jari jemari Pak Pramono mengelus bagian dalam paha mulusnya.

“Kembali ke sini dan buka kakimu lebar-lebar!”

Dina berjalan gontai ke arah kursi tempat Pak Pramono duduk dan memejamkan mata saat jari jemari Pak Pramono masuk ke vaginanya. Kali ini walaupun tubuhnya menggigil, Dina tidak beranjak seinci pun.

“Memekmu kering. Aku pengen memekmu basah, masturbasi dulu!”

Dina tidak tahu seberapa jauh lagi dia bisa menahan malu. Bos suaminya tengah memasukkan sebuah jari ke dalam memeknya dan menyuruhnya bermasturbasi. Dina pertama kali bermasturbasi saat dia masih remaja. Dina tahu perbuatan ini tidak baik untuk pertumbuhan mental sehingga dia berhenti melakukannya. Tapi kini seorang pria asing memerintahkannya bermasturbasi langsung dihadapannya.

Dina mencari lubang kemaluannya dengan jari tengah dan menggosoknya dengan gerakan pelan. Wanita cantik yang dipermalukan itu kemudian merasakan desakan jari jemari Pak Pramono di dalam memeknya pada saat dia bermasturbasi. Dina tidak tahu mana yang lebih memalukan – saat mata Pak Pramono menatap jari tengahnya atau wajahnya. Kini jari jemari Pak Pramono makin bebas keluar masuk liang vagina Dina karena cairan pelumas dinding vaginanya mulai mengalir.

Pak Pramono mencabut jari jemarinya dan berkata. “Duduk di pangkuanku.”

Dina lega saat Pak Pramono menarik jemarinya sehingga Dina bisa berhenti bermasturbasi. Dina mencoba duduk di pangkuan Pak Pramono dengan sesopan mungkin, dia berusaha menutup kedua kakinya dengan rapat. Tapi Pak Pramono menggeleng dan kaki Dina segera dibuka lebar-lebar. Wanita cantik itu mencoba berdiri ketika melihat penis Pak Pramono berdiri tegak menantang.

Pak Pramono tersenyum saat melihat Dina memalingkan wajah dan berkata, “Masukkan ini ke dalam memekmu.”

“Kumohon, Pak Pramono! Aku tidak bisa melakukan ini! Aku sudah menikah! Ini- ini akan menjadi skandal! Ini zinah!”, Dina merengek.

“Masukkan ini ke dalam memekmu, atau…”

Dina tahu dia tidak punya pilihan lain. Duduk di pangkuan Pak Pramono, Dina mencoba melesakkan penis laki-laki mesum itu ke dalam memeknya tanpa menyentuh batang kemaluan bos Anton itu. Tapi usaha Dina gagal. Ibu rumahtangga yang cantik itu mendesah kecewa dan dengan tertunduk malu meraih batang zakar Pak Pramono dan menaikkannya ke atas. Dina memposisikan vaginanya di atas kontol yang sudah menghadap ke atas lalu perlahan melesakkannya sambil duduk di pangkuan Pak Pramono. Dina bisa merasakan kontol yang besar dan gemuk itu meraja di liang rahimnya. Dina dan Pak Pramono saling bertatapan saat kontol Pak Pramono melesak seluruhnya ke dalam memek Dina.

Tangan Pak Pramono meraih buah dada Dina. Dielus dan diremasnya buah dada putih mulus, molek dan montok itu. Jemarinya menjepit pentil susu Dina dan memutar-mutarnya dengan kasar. Dina merasa sangat malu saat pentil itu mulai membesar. Dina berusaha keras menahan dirinya agar tidak terangsang dengan remasan dan perlakuan Pak Pramono pada buah dadanya, tapi gagal. Payudara Dina menegang dan pentilnya membesar.

Tangan Pak Pramono melepaskan buah dada Dina, tapi kini giliran mulutnya yang nyosor ke susu putih mulus si Dina. Saat Pak Pramono mengelamuti satu pentilnya, Dina bisa merasakan jari jemari Pak Pramono menangkup bulat pantat Dina. Diangkat, lalu diturunkan, lalu diangkat lagi, berulang-ulang. Pak Pramono bergeser ke pentilnya yang lain, lalu menikmatinya untuk beberapa saat.

Setelah bosan, Pak Pramono menyandarkan kepala ke belakang dengan menggunakan lengan sebagai bantalannya. Dengan posisi relaks, Pak Pramono tersenyum sinis.

“Sekarang, genjot kontolku!”, perintah Pak Pramono.

Mulut Dina menganga tak percaya, dia telah dilecehkan, dihina dan diperdaya. Tapi wanita jelita itu melakukan apa yang diminta oleh Pak Pram. Karena membutuhkan sandaran, Dina meraih pundak Pak Pram dan perlahan mengangkat tubuhnya. Saat seluruh penis Pak Pram hampir keluar dari memeknya, Dina menghentakkan tubuh ke bawah dan kembali ke pangkuan Pak Pram. Lalu Dina naik lagi, lalu turun, lalu naik, turun, naik turun, naik turun berulang-ulang.

Dina mengentoti Pak Pramono, bosnya Anton. Dinalah yang bergerak naik turun, meskipun Pak Pram sekali-kali menggoyang pinggulnya untuk menumbuk gerakan turun tubuh Dina, tapi ibu muda itulah yang bekerja keras. Dinalah yang saat ini sedang menyetubuhi Pak Pram! Meskipun hal itu saja sudah memalukan, tapi Dina kian tak punya muka saat merasakan kehangatan yang nikmat merajai liang vaginanya. Penis Pak Pram yang jauh lebih besar dari penis suaminya menjejal liangnya yang sempit dan memenuhinya dengan nikmat. Gerakan naik turunnya menjadi lebih cepat.

Pak Pramono mulai melihat perubahan pada wajah Dina. Pada awalnya, Dina bersetubuh dengan perasaan malu dan sakit hati, tapi kemudian perasaan itu berubah menjadi birahi. Pak Pram tahu Dina mulai menikmati dientoti oleh pria tua itu. Bukan maksud hati Dina untuk bersetubuh dengan Pak Pramono, tapi tubuh Dina mengkhianatinya karena lama kelamaan ibu muda yang cantik itu mulai merasa kenikmatan yang tiada tara walaupun awalnya dia dipaksa untuk melayani bandot tua ini.

Pak Pramono mulai menelusuri tubuh istri Anton dengan satu tangan dan akhirnya mencapai ujung kelentit kemaluan Dina. Saat Pak Pramono menggosok klitoris Dina, mata istri Anton itu terbelalak dan menatap Pak Pram tak percaya. Tapi Dina tetap meneruskan gerakannya, naik turun dan membiarkan kontol Pak Pram menusuk tiap jengkal ruas liang kemaluannya. Pak Pram tidak berhenti menggosok klitoris Dina. Tak lama kemudian, Pak Pramono merasakan kuku jari Dina menancap makin dalam di pundaknya. Gerakan Dina makin lama makin cepat hingga Pak Prampun tidak sanggup lagi merangsang klitoris Dina. Dina melepaskan lenguhan keras dan tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya berhenti. Dia sudah mencapai klimaks.

Pak Pramono menunggu Dina sampai si cantik itu membuka matanya. Wajah Dina yang dilanda kepuasan memerah karena malu. Pak Pramono menganggukkan kepalanya sebagai tanda agar Dina meneruskan pekerjaannya. Maka wanita cantik itu kembali menggunakan memeknya untuk memeras penis Pak Pramono. Dina kembali menyetubuhi pria tua yang telah membuatnya orgasme. Tadi Pak Pramono memang ingin memuaskan Dina agar ibu muda yang cantik itu malu, tapi kini Pak Pramono hanya menginginkan kepuasannya saja. Pak Pramono menarik bokong Dina dan membimbing tubuhnya naik turun batang kemaluannya dengan lebih cepat. Dia mendorong tubuh Dina turun ke pangkuannya dengan kasar sementara pinggulnya bergerak sembari menggoyang si manis itu. Makin lama makin cepat. Pak Pramono makin tersengal-sengal karena keenakan.

Tak lama kemudian Pak Pramono orgasme. Dina duduk di pangkuan Pak Pramono saat pejuh pria tua itu membanjiri liang senggamanya. Dina merasa malu, dia merasa dirinya sangat rapuh karena menyerah pada Pak Pramono. Dina merasa diperkosa, tapi lebih malu lagi, karena Dina merasa dirinyapun telah mencapai titik klimaks yang belum pernah dirasakannya selama ini. Walaupun awalnya terpaksa, Dina kini juga merasa bersalah pada Anton. Dia merasa dirinya telah ternoda dan bersalah karena mencapai orgasme.

Dina duduk terdiam penuh rasa malu pada diri sendiri saat Pak Pramono mulai kembali sadar dari kenikmatan orgasmenya. Perempuan molek itu itu bisa merasakan penis Pak Pramono mulai mengecil dan keluar perlahan dari memeknya sementara dia duduk di paha sang pria tua. Dengan posisi kaki terbentang, Dina bisa merasakan pula cairan mani Pak Pramono meleleh keluar dari lubang memeknya. Dina tidak bergerak sama sekali karena takut pada pria tua yang bengis itu. Pak Pramono membuka matanya dan tersenyum puas. Dia mendorong tubuh Dina ke samping.

Mengambil nafas dalam-dalam, Pak Pramono berkata. “Aku berterimakasih atas kerja samanya. Selama kamu terus menerus memberikan kepuasan padaku, maka aku jamin Pak Anton tidak akan pernah disentuh oleh pihak yang berwajib. Heh heh heh. Besok, datanglah ke Hotel Elok di Jalan Surabaya jam dua siang dan masuk ke kamar 224. Aku akan menunggu Mbak Dina untuk kesepakatan kita selanjutnya.”

Dina hanya memandang diam ke arah Pak Pramono saat pimpinan Anton itu mengenakan baju kerjanya dan bangkit. Dina duduk di ranjang tanpa berkeinginan untuk menutupi ketelanjangannya. Untuk apa? Dia baru saja bersenggama dengan pria tua ini dan Pak Pramono sudah melepaskan pejuh di dalam rahimnya. Apa akan ada perbedaan berarti kalau sekarang Pak Pram melihatnya bugil?

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Pak Pramono meletakkan amplop dan celana dalam milik Dina ke dalam tas kerja lalu berjalan pergi meninggalkan rumah Anton dan Dina.

###

Lidya sudah hampir terlelap ketika dirasakannya angin semilir masuk melalui selimutnya yang tebal. Baru disadarinya ternyata selimut itu diangkat oleh seseorang. Lidya yang masih terpejam tersenyum gembira, ternyata Andi tidak jadi berangkat ke luar kota.

Saat membalikkan badan, barulah disadari bahwa bukan Andi melainkan Pak Hasan yang berada di samping tubuhnya! Karena sangat mengantuk, Lidya lambat bereaksi, dan dengan cekatan Pak Hasan langsung memeluk tubuh menantunya.

Gesekan tubuh telanjang mereka menyadarkan Lidya akan gawatnya situasi yang sedang dihadapi. Lidya pun segera mendorong tubuh Pak Hasan dan berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Pak Hasan hanya tersenyum sinis dan menelikung tangan Lidya hingga dia tidak bisa berkutik. Tubuh keriput Pak Hasan menindih tubuh mulus Lidya sehingga istri Andi itu terengah-engah. Semakin Lidya memberontak dan mencoba melepaskan diri sergapannya, semakin Pak Hasan terangsang.

“Bapak! Lepaskan aku! Apa yang bapak lakukan di sini?” tanya Lidya.

###

Malam itu, rasa bersalah yang amat besar membuat Alya tidak bisa tidur. Dia tidak pernah bisa memaafkan dirinya karena memiliki nafsu birahi liar yang tersembunyi di balik kesetiaannya. Dia tidak pernah memaafkan dirinya sendiri yang menjadi hamba nafsu dan terlena oleh perkosaan yang dilakukan Pak Bejo. Awalnya dia mengira itu semua terjadi karena rasa takut, tapi perasaan nikmat itu tidak bisa ia bohongi. Seluruh kejadian bersama Pak Bejo terulang bagaikan film di benak Alya.

Apakah dia seorang korban yang pasrah? Saat itu dia teringat kalimat yang pernah diucapkan oleh Bu Bejo. “Mbak Alya belum mengerti apa-apa.”. Saat ini Alya baru sadar kenapa Bu Bejo bertahan walaupun didera semua penyiksaan fisik yang dilakukan oleh Pak Bejo. Pak Bejo memberikan kenikmatan seksual yang tidak ada bandingannya. Itu sebabnya Bu Bejo pasrah oleh perlakuan kasar sang suami. “Bahkan terhadapku pun dia kasar.” Pikir Alya. Dan seperti Bu Bejo pula, Alya harus melalui siksaan fisik luar biasa sebelum akhirnya menikmati puncak nafsu liarnya yang terpendam.

Dinginnya malam tak tertahankan. Alya melangkah keluar dari kamar dan duduk termenung sendirian di ruang depan. Berusaha menenangkan pikirannya yang kalut.

Bagaimana mungkin Alya mengkhianati Hendra demi nafsu birahi sesaat? Ibu rumah tangga yang cantik itu tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Hendra. Mereka saling mencintai satu sama lain. Hendra sangat mencintai Alya. Tapi apa yang bisa diharapkan Hendra dari istrinya? Alya telah ditiduri oleh tetangga mereka yang bejat dan berhati busuk. Dia pasti akan sangat shock jika tahu apa yang telah terjadi. Alya berusaha keras agar tidak menangis. Dia tidak akan mengijinkan Pak Bejo melakukan apapun pada tubuhnya lagi. Alya adalah milik Hendra. Istri sah Hendra. Alya tidak mau dirinya berakhir sebagai istri simpanan atau bahkan budak seks laki-laki busuk seperti Pak Bejo.

“Maafkan aku, Mas Hendra. Aku berharap Mas mau memaafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengkhianati kepercayaan Mas Hendra lagi.” Gumam Alya pada dirinya sendiri. Dia berharap bisa menyelesaikan urusan dengan Pak Bejo besok. Dia akan menutup pintu rumahnya kuat-kuat supaya lelaki busuk itu tidak akan bisa masuk dan menodainya lagi. Dia ingin Pak Bejo tahu apa yang mereka lakukan kemarin tidak ada artinya bagi Alya. Istri Hendra itu merasakan beban yang ia pikul perlahan-lahan terangkat.

###

“Itu pertanyaan bodoh, menantuku sayang,” Kata Pak Hasan. “Kurasa kau tahu pasti apa yang sedang aku lakukan. Birahiku sedang tinggi dan aku bosan onani. Aku pengen memek yang enak, jadi aku masuk ke sini.”

“Gila!! Aku ini menantumu!!” protes Lidya. “Ini tidak mungkin! Bapak tidak bisa…”

“Memangnya siapa yang akan menghentikan aku?” tanya Pak Hasan. “Tidak ada orang lain di sini. Kamu boleh berteriak kalau mau tapi aku yakin tidak akan ada orang yang akan masuk dan menjebol tembok untuk menyelamatkanmu. Dan kau lihat sendiri, aku juga jauh lebih kuat daripada kamu.”

“Jika bapak memperkosaku, aku akan lapor pada polisi!” ancam Lidya.

“Bisa saja kau lakukan itu. Tapi menurutmu, bagaimana perasaan Andi?”

“Apa maksud bapak?”

“Seandainya kamu berani pergi ke polisi dan mengaku diperkosa oleh ayah mertuamu sendiri, Andi akan hancur perasaannya. Istrinya yang cantik dan mempesona diperkosa oleh ayahnya sendiri. Apalagi aku akan mengarang sebuah cerita kepadanya kalau istrinya, Lidya yang jelita merayu ayah mertuanya. Bahkan jika dia mencoba untuk tidak mempercayai ceritaku, dia tidak akan pernah percaya lagi padamu. Aku, tentu saja akan menceritakan bagaimana enaknya menyetubuhimu dan membuatmu orgasme. Semua detail akan aku ceritakan. Semua kenikmatan yang tidak pernah ia bisa berikan kepadamu. Oh ya, sayang. Jika kau cerita pada Andi atau polisi tentang perkosaan ini, kau akan menghancurkan hidupnya.”

Lidya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Mulutnya menganga lebar karena tiap perkataan Pak Hasan ada benarnya.

“Bapak tidak peduli pada Andi? Apa yang akan dirasakannya?” tanya Lidya dengan lirih. “Bapak benar-benar ingin menyakiti putra bapak sendiri?”

“Bukan aku yang akan menyakitinya. Kamu yang akan menyakiti perasaannya. Aku sih cuma pengen ngentotin kamu. Kalau kamu tidak cerita apa-apa sama dia, semua beres. Semua senang.”

“Kecuali aku.”

“Oh, kalau sampai kamu tidak puas bercinta denganku, namaku bukan Hasan.” Kata lelaki tua itu dengan bangga. Dengan berani dia mencium bibir Lidya.

Ciuman yang disosorkan oleh Pak Hasan bukanlah ciuman mesra seperti yang biasa diberikan oleh Andi pada Lidya. Ciuman Pak Hasan sangat kasar dan penuh nafsu, dengan buas Pak Hasan memaksa lidahnya masuk ke mulut Lidya, lalu mengeluarmasukkan lidahnya dengan cepat. Gerakan lidah Pak Hasan seirama dengan gerakan pinggulnya yang mendorong ke depan. Sekali lagi Lidya berusaha mendorong tubuh Pak Hasan. Kali ini usahanya hampir berhasil. Pak Hasan yang tidak siap terdorong mundur. Namun saat Lidya berusaha lari dari ranjang, Pak Hasan menarik kaki sang menantu dan merentangkannya lebar-lebar. Pria tua yang sudah kehilangan akhlak itu menarik lutut Lidya dan menjepitkan pinggangnya di antara dua paha Lidya.

Si cantik itu bisa merasakan jembut kasar Pak Hasan menyentuh bibir kemaluannya. Memek Lidya yang lama kelamaan basah bisa dirasakan oleh kulit Pak Hasan yang langsung menyentuh selangkangan Lidya. Istri Andi itu berusaha mendorong mundur mertuanya. Tak henti-hentinya Lidya memukul dan menampar Pak Hasan, tapi apa daya seorang wanita lemah? Pak Hasan tidak mempedulikan perlakuan Lidya dan meremas payudara sang menantu. Pria tua itu tidak lagi berlaku lembut pada buah dada Lidya. Dengan kasar diremas-remas dan dipelintirnya pentil susu Lidya. Lidya merasa malu saat kemudian puting susunya malah makin mengeras. Pak Hasan tidak melewatkan hal ini dan memelintir pentil Lidya dengan jari-jari tangannya. Lidya tidak berkutik, sambil merem melek dia melenguh keras. Pak Hasan mencium pentil Lidya dan menjilatinya dengan penuh nafsu.

Hangatnya mulut Pak Hasan terasa begitu nikmat sehingga Lidya lupa melawan. Dengan sadis Pak Hasan memangsa buah dada Lidya dengan lidahnya, sesuatu yang sudah dia idam-idamkan sejak lama. Pak Hasan menjilati pentil Lidya lalu menciumi buah dadanya. Kenikmatan yang dirasakan oleh Lidya begitu tinggi sehingga istri Andi itu melenguh keras dan menjambak rambut Pak Hasan. Dengan wajah senang dan puas, Pak Hasan tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan.

“Susumu bagus sekali, nduk,” kata Pak Hasan. “Aku selalu memperhatikan buah dadamu dan bertanya-tanya bagaimana rasanya kalau dijilati. Tidak begitu besar dan tidak terlalu kecil. Cukupan. Sempurna. Pentilnya juga mempesona, lumayan besar.”

Lidya yang tersinggung oleh ejekan itu mulai melawan Pak Hasan lagi, kali ini si cantik itu bahkan berteriak-teriak meminta tolong. Sia-sia saja, tidak ada yang mendengar teriakan Lidya. Pak Hasan tertawa-tawa dan terus meremas payudara Lidya. Dijilati dan digigitinya susu putih Lidya, pria tua yang sangat nafsu itu berusaha menelan seluruh buah dada Lidya ke dalam mulutnya. Dia bahkan meremas payudara Lidya dan berusaha menelan keduanya bersama-sama. Walaupun tindakannya kasar, tapi Lidya mulai merasakan sensasi kenikmatan yang aneh dan kesulitan menolak Pak Hasan.

Pak Hasan mengagetkan Lidya saat mertuanya itu berbalik dan berlutut di atas tubuhnya. Kepala Pak Hasan menghilang di antara paha Lidya dan kontol Pak Hasan bergelantung di atas wajah cantiknya. Penis Pak Hasan sangat berbeda dengan milik Andi. Milik Pak Hasan jauh lebih pendek dan tebal, warnanya juga lebih hitam kemerahan. Lidya bergidik saat membayangkan kontol Pak Hasan memasuki tubuhnya. Rasa ngeri dan ketakutan membuat Lidya mengeluarkan cairan pelumas yang membanjir di selangkangannya. Lidya menggigit bibirnya saat tiba-tiba saja mulut Pak Hasan menjelajahi selangkangannya yang basah. Pak Hasan mulai mencium, menjilat dan menghisap memek sang menantu. Tangan Pak Hasan merenggangkan kaki jenjang Lidya supaya mendapatkan akses bebas ke vaginanya. Direntangkannya lebar-lebar sehingga Lidya tidak bisa menolak perlakuan ini.

Pak Hasan dengan mahir menggunakan lidahnya menjilati klitoris Lidya, lalu pada bibir vagina dan akhirnya lidah Pak Hasan menjelajah ke dalam liang cinta Lidya. Ia menjilat dengan gerakan memutar dan menusuk, membuat Lidya menggelinjang keenakan. Pak Hasan bahkan menggunakan giginya untuk menggigit-gigit kecil klitoris Lidya. Istri Andi itu masih terus berteriak dan melawan, bergerak mengelilingi tempat tidur dengan sekuat tenaga. Tapi Lidya sudah tidak tahu lagi, apakah teriakannya itu teriakan takut atau teriakan penuh nikmat. Tiba-tiba saja Lidya mengalami orgasme. Kenikmatan menguasai tubuh indahnya, Lidya bergetar hebat saat mencapai puncak. Sebuah kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Tubuh Lidya tergolek lemas. Tapi bahkan saat orgasme itu sudah menghilang, Pak Hasan belum selesai menikmati tubuh molek Lidya.

Pak Hasan membalikkan badan dan sambil menarik pinggul Lidya, dilesakkannya kontolnya yang besar ke dalam nonok sang menantu. Lidya merem melek karena tidak bisa menahan kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya. Seluruh memeknya seakan terulur sampai batas dan terisi penuh oleh kontolnya. Lidya bisa merasakan denyutan demi denyutan kontol sang mertua di dalam liang cintanya. Vaginanya terus memeras penis sang mertua yang keluar masuk dengan cepat. Tiap kali digerakkan, seakan tusukan Pak Hasan makin ke dalam, membuat Lidya mendesah-desah karena tak tahan. Desahan si cantik itu membuat Pak Hasan makin cepat memompa vagina Lidya.

Akhirnya Lidya mencapai puncaknya lagi, tubuhnya yang sempurna melejit karena mengeluarkan cairan cinta. Lidya bisa merasakan air mani Pak Hasan juga tumpah di dalam rahimnya.

Pak Hasan jatuh menimpa Lidya, tubuh mereka menggigil dan bermandikan keringat. Akhirnya dia berdiri dan keluar dengan santai dari kamar Lidya, meninggalkan istri Andi itu terlentang telanjang di kasur.

Saat Pak Hasan akhirnya tertidur, Lidya memutuskan untuk mandi keramas dan mengganti seprei yang baru saja dipakainya untuk melayani nafsu ayah mertuanya. Dia mencoba melupakan apa yang terjadi tapi getaran yang terasa di tubuhnya tak kunjung menghilang. Lidya tahu dia tidak mungkin mengatakan sejujurnya apa yang terjadi pada Andi ataupun pada pihak yang berwajib. Lidya tak punya bukti apapun dan dia takut kalau Andi bertanya padanya apakah Lidya menikmati bersetubuh dengan ayah mertuanya. Andi selalu tahu saat Lidya berbohong jadi dia pasti tahu kalau Lidya mendapatkan sensasi kenikmatan lain saat bersetubuh dengan Pak Hasan. Lidya tidak akan menceritakan apapun pada suaminya.

Saat membersihkan kamar keesokan paginya, Lidya menemukan sepucuk kertas di atas meja riasnya. Surat dari Pak Hasan.

“Aku berharap bisa tidur denganmu lagi, Lidya sayang. Kalau aku sudah tidak kecapekan tentunya. Membayangkannya saja sudah membuatku nafsu. Aku berjanji akan lebih perkasa.”

Walaupun Lidya berharap Pak Hasan hanya mengancam, tapi dia tahu mertuanya itu bersungguh-sungguh. Istri Andi itu gemetar ketakutan. Dia membayangkan ayah mertuanya akan menyetubuhinya lagi setiap ada kesempatan dan tidak ada satupun yang bisa dilakukan si cantik itu untuk menghentikannya.

###

Dina memasukkan kunci dan membuka pintu kamar hotel nomor 224. Sesuai dengan petunjuk yang ia peroleh dari Pak Pramono. Lampu kamar langsung menyala saat ia masuk. Dina lalu menaruh jaket dan tas jinjing yang ia bawa di dalam lemari pakaian. Memperhatikan ruangan kamar hotel, Dina tahu dia datang lebih awal daripada Pak Pramono. Dina melangkah ke arah jendela dan memperhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang di jalan dengan perasaan yang campur aduk.

“Kupikir kamu tidak jadi datang.”

Dina kaget dan hampir melompat saat suara berat di belakangnya terdengar. Dina tidak perlu membalikkan badan untuk tahu siapa yang datang.

“Aku tidak punya banyak pilihan kan, Pak Pramono?”

“Siapa bilang? Jalan hidup kita selalu tergantung pada pilihan.” Kata pria yang sangat percaya diri itu sambil memasukkan tas dan jaket ke dalam lemari. Dia meredupkan cahaya lampu supaya lebih temaram dan romantis.

Dina melirik ke arah jari jemarinya. Cincin emas putih yang melingkar di jari manis sebagai lambang pernikahannya dengan Anton membuatnya bergetar ketakutan. Demi cinta dan kesetiaan. Dina membalikkan badan. Tangannya memeluk pinggang seakan hendak menghangatkan badan yang kedinginan.

“Tidak ada yang memaksa Mbak Dina datang kemari. Ingat itu baik-baik.” Kata Pak Pramono sambil mendekati istri Anton. Sekitar satu meter jarak mereka, Pak Pram berhenti. Dina berusaha menantang pandangan tajam Pak Pramono, namun dia tidak sanggup. Pandangan mata Dina turun ke lantai.

“Apa yang Bapak inginkan?”

“Mbak Dina tahu apa yang aku inginkan.”

“Aku membencimu! Orang tua berhati busuk!” Desis Dina sengit.

“Bencilah aku sesukamu, sayang. Aku malah lebih suka kamu benci daripada kamu cintai.”, Dengan jarinya yang hitam Pak Pramono mengelus pipi dan rahang Dina yang halus mulus. “Sangat sempurna. Cantik sekali.”

Dina menarik wajahnya dan mundur ke belakang. Tapi Pak Pramono segera menahan Dina dengan menarik kembali bagian belakang leher Dina, mendekatkan tubuh moleknya ke depan.

“Aku sudah menginginkanmu sejak pertama kali kita bertemu, Mbak Dina. Begitu tenang, sopan, penuh percaya diri. Tapi aku bisa melihat watak aslimu.”

“Watak asli? Apa yang anda maksud?”

“Aku tahu sejak pertama kita bertemu, kamu ingin tidur denganku. Kamu ingin aku menusukkan batang penisku dalam-dalam di liang cintamu yang sempit itu. Kamu ingin menelan kontolku yang besar dan panjang lalu menelan semua pejuhku. Iya kan, sayang?”

“Dasar gila.” Kata Dina sambil mencoba menjauh.

“Gila?” Pak Pram membiarkan Dina menjauh hingga jarak mereka ada sekitar dua meter.

“Mungkin aku gila. Tapi saat ini, aku yang pegang kendali. Saat ini, tubuhmu yang indah itu adalah milikku!” Kata Pak Pramono sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Pak Pramono, saya mohon. Pertimbangkanlah perasaan Mas Anton!”
“Anton? Apa menurutmu dia memikirkanku saat dia mencuri uang perusahaan?”

Dina terdiam tak berdaya.

“Memang tidak. Jadi beritahu aku, Mbak Dina tersayang, apa menurutmu aku harus menghentikan tindakanku ini?”

“Seharusnya.”

“Bah! Tidak akan! Dia sudah mencuri dariku, jadi aku akan mengambil miliknya yang paling berharga! Istrinya yang cantik jelita!”

“Apa anda akan membuka rahasia ini pada Mas Anton?” tanya Dina.

“Tergantung. Menurutmu apa yang akan terjadi jika dia mengetahui istrinya sudah melayani bosnya bermain cinta?”

“Dia pasti minta cerai.”

“Apa Mbak Dina mencintai Pak Anton?”

“Sangat. Mohon pertimbang…”

“Aku kan sudah bilang. Mbak Dina harus menuruti semua perintahku kalau ingin semua ini berakhir dengan baik bagi semua pihak. Anton tidak akan dipecat dan tidak akan masuk penjara. Aku dapat hiburan gratis dari seorang wanita yang cantik jelita dan molek, sedangkan Mbak Dina sendiri siapa tahu akan mendapatkan seorang keturunan yang berasal dari spermaku.”

Dina menundukkan kepala. Airmatanya mengalir.

“Semudah itu. Aku menginginkan tubuh Mbak Dina. Tiap kali aku butuh, aku telpon atau sms, Mbak Dina melakukan apa yang aku minta, dan Anton tidak perlu tahu apa yang kita lakukan.”

“Aku menjadi budak seks Pak Pramono?”

“Aku ingin kau melayaniku, sayang. Aku ingin kau menerima apa saja yang ingin aku lakukan pada tubuhmu yang lezat itu selama aku belum bosan. Setelah merasa bosan, aku akan melepaskanmu dan Anton.”

“Aku tidak bisa melakukannya.”

“Tentu saja bisa.”

“Aku belum pernah mengkhianati suamiku.”

Pak Pramono tersenyum sinis dan mengingatkan Dina. “Belum pernah? Lalu apa yang kita lakukan kemarin? Wah-wah, anda benar-benar seorang istri yang sempurna. Cantik, setia dan baik hati pula.”

Air mata semakin menggenang di pipi Dina.

“Kemarilah, sayang.”

Perlahan Dina bergerak mendekati Pak Pramono. Airmata mulai deras menuruni pipi ibu muda yang cantik itu. Dengan mata berkaca-kaca Dina menatap Pak Pramono.

“Cium aku.”

Dina membungkuk dan mencium bibir Pak Pramono.

“Dingin sekali. Kamu bisa lebih baik dari itu.” Kata Pak Pram saat Dina mundur.

Sambil meletakkan tangan di pundak Pak Pram, Dina membungkuk sekali lagi dan menangkup bibir hitam Pak Pram dengan bibirnya yang merah mungil. Dina bisa merasakan bibir Pak Pramono membuka dan lidahnya menjelajah ke dalam mulut Dina. Tangan Pak Pram memeluk pinggang langsingnya dan menarik tubuh Dina agar lebih mendekat. Lidah mereka beradu dan Dina memejamkan mata.

Beberapa saat kemudian ciuman itu berakhir. Dina merasa mulutnya sudah sangat kotor.

“Boleh juga.” Kata Pak Pramono sambil duduk di ranjang. “Sekarang buka bajumu. Aku ingin melihatmu bugil.”

Dina memang sudah pernah telanjang di hadapan pria ini, satu-satunya lelaki yang pernah menidurinya selain suaminya sendiri. Tidak ada jalan keluar kecuali menuruti semua permintaannya. Tangan Dina segera membuka kancing bajunya. Satu persatu pakaian Dina melorot ke lantai. Baju, rok, sepatu dan rok dalam sudah dilepas oleh Dina. Kini di hadapan Pak Pramono berdiri seorang ibu rumahtangga yang amat molek yang hanya mengenakan celana dalam dan BH.

“Tubuhmu memang benar-benar seksi.” Kata Pak Pramono, matanya nanar ingin segera melahap tubuh Dina. “Aku sudah sering meniduri banyak wanita, tapi tubuhmu adalah yang paling indah yang pernah aku entoti.”

Dina mencoba menutupi ketelanjangannya karena risih.

“Bukankah aku sudah bilang aku ingin melihatmu bugil?”

Dina mendesah pasrah dan mulai melepas BHnya. Perlahan-lahan Dina meloloskan BH melalui kedua lengannya dan melemparkannya ke dekat pakaian di lantai. Dina membungkuk dan melepas celana dalamnya.

“Lemparkan celdamnya.” Kata Pak Pramono.

Dina melempar celdamnya ke tangan Pak Pramono. Pria tua itu segera mencium dan menghirup bau memek Dina yang masih tertinggal di celana dalamnya.

“Hmmmmm… harumnya.” Kata Pak Pramono sambil memasukkan celdam Dina ke kantong celananya sendiri.

“Pak Pramono……”

Tanpa banyak bicara Pak Pram kembali menganggukkan kepala ke arah Dina. Dia masih duduk di pinggir ranjang.

“Berlutut di depanku, Mbak Dina.”

Dina berjalan perlahan ke arah Pak Pramono dan duduk berlutut di hadapannya. Dina tidak pernah menikmati oral seks. Anton sering menyuruhnya tapi Dina selalu menolak dengan berbagai alasan. Dina tidak pernah mau menelan sperma suaminya.

“Keluarkan burungku dari sarang, Mbak Dina. Aku kok ingin lihat kontolku diciumi oleh bibir semerah bibir anda.”

Dina membuka celana Pak Pram dan menarik semua ke bawah berikut celana dalamnya. Kontol Pak Pram langsung terbebas dan berdiri tegak di depan wajah Dina. Walaupun sudah pernah melihatnya, Dina selalu terkejut melihat kontol Pak Pram. Penis ini memang Pak pram begitu panjang, besar dan bertonjolan urat halus.

“Pak Pram……”

“Anda sudah pernah melakukan oral seks, kan?”

“Sudah. Hanya untuk Mas Anton. Tapi aku tidak suka melakukannya.”

“Sayang. Sesudah melakukannya denganku, Mbak Dina tidak akan ragu lagi untuk melakukan oral seks.”

Dina terus memperhatikan penis Pak Pram. Dia hanya pernah memasukkan satu penis ke dalam mulutnya dan itu adalah milik suaminya sendiri. Tapi hari ini, sambil berlutut di hadapan penis Pak Pramono, istri yang tadinya setia itu harus melayani nafsu hewani sang pria tua. Dina mengeluarkan lidah dan menjilat ujung gundul kontol Pak Pram, merasakan lendir yang keluar dari rekahan dengan lidahnya. Perlahan-lahan, ditelannya seluruh kontol Pak Pram.

“Ah, enaknya……” desis Pak Pram. Tangannya meraih rambut Dina dan menguntainya lembut. Dia mendorong penisnya lebih jauh ke dalam mulut Dina.

Dina menutup mata dan mencoba menahan diri agar tidak tersedak oleh desakan kontol Pak Pram yang terus didorong masuk ke tenggorokan. Dina berusaha keras agar bisa bernafas saat Pak Pram mulai mendorong pinggulnya. Kini kontol Pak Pram terbenam dalam di mulut Dina. Tangan Pak Pram memegang kepala Dina dan membimbingnya agar bisa mengocok penis Pak Pram dengan mulut. Tiap kali menarik kepala Dina, hidung si cantik itu terbenam sampai ke dalam keriting jembut Pak Pram.

“Terus sayang. Enak banget disepong istri orang!” kata Pak Pram sambil terus menggerakkan kepala Dina pada kontolnya.

Dina meletakkan tangannya di paha Pak Pram agar bisa meraih keseimbangan. Jari jemari Dina bisa merasakan sentuhan bulu-bulu kaki Pak Pram yang keriting.

“Pakai lidah.” Perintah Pak Pram sambil memompa lebih kencang.

Dina menggunakan lidahnya untuk memijat seluruh batang penis Pak Pram. Suara berkecap mulut Dina memenuhi ruangan yang sepi. Dina memejamkan mata, dia tidak ingin melihat dirinya sendiri menelan kontol Pak Pram.

“Ampun, Mbak Dina! Enak banget! Aku mau keluar nih!”

Dina berusaha menarik mulutnya, tapi Pak Pram menjambak rambut Dina dan memaksanya terus menelan kontolnya yang besar. Dina menggelengkan kepala dan berusaha melepaskan diri dari tangan Pak Pram. Dina tidak mau Pak Pram orgasme di dalam mulutnya. Dina bisa mendengar suara tawa pria tua itu ketika akhirnya pejuh Pak Pram meledak di dalam mulutnya. Pak Pram membanjiri tenggorokan istri Anton dengan spermanya.

“Telan.” Kata Pak Pram dengan geram, kontolnya dilesakkan sampai ke ujung.

Dina tidak bisa menahan lagi dan dengan satu tegukan, dia menelan semua muntahan sperma Pak Pramono.

“Anak baik.” Kata Pak Pramono sambil mengendurkan pegangannya dan membiarkan Dina jatuh ke lantai dengan lemas.

Dina menundukkan kepala, dia tidak bisa menghentikan air mata yang terus jatuh menuruni pipinya yang putih mulus. Bibirnya memar dan mulutnya terasa sakit usai mengoral penis Pak Pramono. Tenggorokan Dina juga terasa lecet karena dipaksa menelan kontol besar sampai ke ujung. Dina menunggu sampai Pak Pramono menyuruhnya mengenakan baju. Dia ingin segera pergi meninggalkan kamar ini. Pulang ke rumah, mandi besar lalu tidur. Dina ingin segera meninggalkan semua mimpi buruk ini.

Jari jemari Pak Pramono mengelus dagu sembari mengangkat wajah Dina.

“Mbak Dina kok menangis? Tidak menyukai oral seks?”

“Tidak.” Kata Dina pelan.

“Mbak Dina pintar sekali melakukan oral seks. Seharusnya bangga bukannya malah menangis. Belum pernah aku orgasme secepat itu.”

“Saya mohon Pak Pram, bolehkah saya pergi sekarang?”

“Pakai bajumu dulu.”

Wajah pria itu berubah menjadi sopan. Dina segera berdiri dan mengenakan pakaiannya.

“Pak Pram, celana dalam saya?” tanya Dina yang sudah bersiap mengenakan rok.
“Itu milikku sekarang. Beli yang baru.”

Dina tidak ingin berdebat dengannya. Setelah usai mengenakan pakaian, Dina langsung bergegas berdiri dan mengambil tas serta jaketnya di lemari. Dina sudah membuka pintu saat Pak Pramono memanggilnya.

“Mbak Dina.”

Dina terhenti di koridor. Dia hanya melirik sedikit ke belakang.

“Aku akan menghubungimu lagi.”

Dina tidak mengatakan apa-apa dan melangkah pergi meninggalkan Pak Pramono. Dia amat bersyukur Pak Pram tidak menidurinya hari ini.

###

Bagaimana nasib Dina, Alya dan Lidya selanjutnya?
BAGIAN DUA
TAMAT


Hobi Masak Mobile Version

Masukkan alamat email Anda:

  • Recipe Blogs - BlogCatalog Blog Directory Food & Drink Blogs
  • Sponsors

    Sedekah - Yayasan Daarul Qur'an Nusantara